Liputan6.com, Jakarta - NASA meluncurkan pesawat luar angkasa untuk melindungi Bumi dari asteroid pada 2022. Tujuan pesawat ini adalah menghancurkan diri ketika menabrak sebuah asteroid.
Dengan begitu pesawat ini bakal jadi tameng Bumi dalam menghadapi asteroid-asteroid yang melintas dekat Bumi.
Baca Juga
Mengutip The Verge, Rabu (24/11/2021), misi ini bernama DART atau Double Asteroid Redirect Mission.
Advertisement
Pesawat berusaha mengarahkan asteroid di luar angkasa, idenya sederhana, yakni menabrak objek asing yang bergerak dengan kecepatan sekitar 15.000 mil per jam, mentransfer momentumnya ke asteroid.
Tabrakan ini dinilai akan mampu membelokkan asteroid dari jalur aslinya. Disampaikan, penargetan DART tidak menimbulkan ancaman apa pun terhadap Bumi.
Lewat DART, NASA ingin melihat apakah upaya menabrak asteroid bakal mengubah arahnya sehingga dalam jangka panjang, asteroid akan melesat di dekat Bumi, alih-alih menabraknya.
* Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.
Lindungi Bumi
Teknik semacam ini belum dipertimbangkan 30 tahun lalu, namun dengan kemajuan teknologi, hal tersebut jadi pilihan dalam menyelamatkan Bumi dari tabrakan asteroid.
"Kami memiliki kemampuan, dengan teknologi saat ini, setidaknya bisa membuat bencana asteroid dapat dicegah," kata Tim Statler, Ilmuwan Program DART NASA.
NASA percaya, hanya 40 persen dari asteroid yang melintas dekat Bumi yang besarnya lebih dari 140 meter. Asteroid-asteroid ini berpotensi menghancurkan Bumi jika terjadi tabrakan.
Advertisement
Bahaya Asteroid Kalau Hantam Bumi
Sebelumnya pada 2013, sebuah meteor seukuran rumah meledak di atas langit Chelyabinsk, Rusia, tanpa peringatan. Ledakan ini setara dengan ledakan yang diakibatkan oleh 400.000 ton TNT dan melukai lebih dari 1.600 orang.
Meteor Chelyabinsk diperkirakan hanya berukuran 180 meter atau 60 kaki dan menimbulkan kerusakan besar. Itu sebabnya, NASA ingin menemukan asteroid yang lebarnya antara 140-150 meter.
"Jika dampak (tabrakan) terjadi di daerah berpenduduk atau pusat teknologi, hal itu bisa sangat parah, bahkan bisa memiliki efek di seluruh dunia," katanya.
(Tin/Isk)
Infografis Apollo dan Jejak Manusia di Bulan
Advertisement