Etika Berdakwah di Ruang Digital

Perkembangan digital membawa atmosfer baru dalam kegiatan dakwah.

oleh Iskandar diperbarui 24 Jul 2022, 09:00 WIB
Diterbitkan 24 Jul 2022, 09:00 WIB
Makin Cakap Digital 2022:  “Dakwah/Khotbah yang Ramah di Internet”. Dok Kemkominfo
Makin Cakap Digital 2022: “Dakwah/Khotbah yang Ramah di Internet”. Dok Kemkominfo

Liputan6.com, Jakarta - Masifnya pemanfaatan ruang digital, khususnya media sosial, menjadi tantangan tersendiri bagi pada pendakwah agama.

Internet memang bisa dijadikan sarana efektif untuk berdakwah. Akan tetapi, jika penggunaannya kurang tepat akan berpotensi memunculkan radikalisme. Ya, berdakwah di internet membutuhkan etika tersendiri.

Dalam webinar bertema “Dakwah/Khotbah yang Ramah di Internet” yang diselenggarakan Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kemkominfo) bersama Gerakan Nasional Literasi Digital (GNLD) Siberkreasi, relawan Mafindo Wilayah Bogor Ahmad Ubaedillah menyampaikan pentingnya pemahaman agama di era digital.

Ia menilai ruang lingkup etika digital meliputi kesadaran, tanggung jawab, integritas, serta kebajikan. Agama merupakan gagasan yang melahirkan norma bagi pemeluknya. Agama perlu dirawat dalam peringkat daruriyyat, hajiyyat, dan tahsiniyyat.

“Di era digital, pemahaman agama bisa dihadirkan dalam bentuk beretika di ruang digital. Misalnya, dapat menghindari konten negatif seperti konten yang melanggar kesusilaan, perjudian, pencemaran nama baik, pemerasan, penyebaran berita bohong, dan ujaran kebencian,” tutur Ahmad, dikutip Minggu (24/7/2022).

Sementara Dekan IAI Dalwa sekaligus relawan TIK Jawa Timur, Novianto Puji Raharjo, mengatakan mengaburnya wawasan kebangsaan, menipisnya kesopanan, hilangnya batas privasi, hingga pelanggaran hak cipta adalah beberapa tantangan budaya yang muncul akibat berkembangnya era digital.

Tantangan lain khususnya terkait wawasan kebangsaan dan kehidupan beragama yakni munculnya radikalisme. Ini tentu ada kaitannya, dan bisa dihindari. Salah satunya dengan memilih sumber belajar agama atau guru yang tepat.

“Tips belajar agama di era digital yang benar yaitu harus diperhatikan narasumber, pembahasan yang jauh dari norma dan etika kebangsaan tidak perlu diikuti, tetap harus ada guru yang mendampingi. Buku dan rujukan hanyalah alat dan media,” ucap Novianto.

 

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.


Atmosfer Baru dalam Berdakwah

Kemudian Shalahuddin selaku Korbid Media dan Informasi LDNU Sulawesi Barat, berpendapat perkembangan digital membawa atmosfer baru dalam kegiatan dakwah. Pelaku dakwah ada yang berorientasi eskatologis, ada yang populis.

Pelaku dakwah saat ini juga mendistribusikan pesan dakwah secara terstruktur agar diterima audiens secara masif. Berbeda dari dulu yang disebarkan dalam forum terbatas.

Namun, yang sama-sama harus dipegang adalah mengedepankan etika dalam berdakwah. Salah satunya, hindari ujaran kebencian.

“Etika digital ditawarkan sebagai pedoman menggunakan berbagai platform digital secara sadar, bertanggung jawab, berintegritas, dan menjunjung nilai-nilai kebajikan,” tuturnya.

Dengan hadirnya program Gerakan Nasional Literasi Digital oleh Kemkominfo, diharapkan dapat mendorong masyarakat menggunakan internet secara cerdas, positif, kreatif, dan produktif.

Kegiatan ini khususnya ditujukan bagi para komunitas di wilayah Kalimantan dan sekitarnya yang tidak hanya bertujuan untuk menciptakan Komunitas Cerdas, tetapi juga membantu mempersiapkan sumber daya manusia yang lebih unggul dalam memanfaatkan internet secara positif, kritis, dan kreatif di era industri 4.0.

 

* BACA BERITA TERKINI LAINNYA DI GOOGLE NEWS


Infografis Era Teknologi 5G di Indonesia

Infografis Era Teknologi 5G di Indonesia
Infografis Era Teknologi 5G di Indonesia (Liputan6.com/Triyasni)
Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya