Elon Musk Minta Perusahaan Bayar Rp 15,1 Juta per Bulan Kalau Mau Dapat Centang Emas Twitter

Elon Musk dikabarkan akan menerapkan tarif lebih mahal bagi perusahaan yang ingin mendapatkan lencana emas tanda verifikasi Twitter.

oleh Agustin Setyo Wardani diperbarui 20 Feb 2023, 19:57 WIB
Diterbitkan 08 Feb 2023, 09:30 WIB
Elon Musk. (AP Photo/Susan Walsh, File)
Elon Musk. (AP Photo/Susan Walsh, File)

Liputan6.com, Jakarta - Elon Musk masih belum puas dengan perkembangan Twitter. Setelah melakukan PHK karyawan besar-besaran dan menerapkan akun premium, kini giliran tanda verifikasi Twitter yang dikulik jadi sumber pemasukan.

Pasalnya, Elon Musk menerapkan bayaran lebih besar bagi perusahaan atau bisnis yang mau mendapatkan centang emas Twitter.

Mengutip Gizchina, Rabu (8/2/2023), Elon Musk menyebut, perusahaan yang ingin lencana emas di profil Twitter-nya harus membayar US$ 1.000 atau setara Rp 15,1 juta per bulan.

Asal tahu saja, tanda verifikasi Twitter sebelumnya bersifat gratis. Namun, di bawah orang paling kaya di dunia ini, lencana emas tanda verifikasi dikenai biaya Rp 15,1 juta per bulan, ditambah US$ 50 (setara Rp 759 ribu) per bulan untuk tiap akun yang terafiliasi dengan bisnis.

Modifikasi ini akan diimplementasikan sebagai bagian dari strategi bisnis Twitter. Selain itu, Twitter Blue akan menjadi preferensi tradisional, terutama bagi para influencer atau selebtweet.

Sementara, Twitter Blue untuk bisnis akan jadi layanan yang populer sekaligus mahal, saat ini juga belum jelas diketahui fungsi dari kedua tanda tersebut.

Sekadar informasi, dalam beberapa bulan ke depan, Elon Musk berencana untuk menghapus seluruh lencana lama.

Oleh karenanya, deretan akun-akun yang memiliki tanda verifikasi Twitter, terlepas dari apakah mereka selebritas Twitter, perusahaan, atau media harus melakukan pembayaran untuk bisa mendapatkan tanda verifikasi terbaru.

Ingin Twitter Jadi Platform Menguntungkan

akun terverifikasi
Ilustrasi: Tanda verifikasi di Twitter (Sumber: Tech Crunch)

Meski belum pasti, hanya organisasi-organisasi pemerintah yang akan memperoleh dari centang warna abu-abu, yang mungkin juga akan dikenakan biaya.

Tampaknya, Elon Musk memang ingin Twitter segera jadi lahan untuk cari keuntungan. Apalagi, belum lama ini Elon Musk dikabarkan harus berutang sebesar US$ 12,5 miliar untuk mengambil alih platform jejaring sosial microblogging tersebut. Mau tak mau, suka tak suka, utang adalah utang yang perlu segera dilunasi.

Sebelumnya, mulai 3 Februari lalu, Twitter berkomitmen menerapkan strategi untuk membayar penggunanya melalui sebagian pendapatan iklan yang ditampilkan dalam mention mereka.

Kini, Twitter telah menggantikan industri berita global, dibandingkan dengan Instagram yang mendukung ekonomi kreator lokal yang lebih besar.

Format baru ini bertujuan untuk memantapkan Twitter sebagai platform influencer. Apalagi dengan menekankan aliran rekomendasi berita di platformnya.

 

Berbagi Pendapatan dengan Kreator

Twitter
Logo Twitter (about.twitter.com)

Sebelumnya, Elon Musk mengumumkan akan berbagi pendapatan iklan diperoleh Twitter dengan para kreator. Informasi ini diungkapkan langsung oleh pimpinan Twitter tersebut melalui sebuah utas.

Dikutip dari Engadget, Sabtu (4/2/2023), pembagian pendapatan iklan untuk para kreator ini dimulai sejak 3 Februari 2023 atau ketika Elon Musk mengunggah cuitan tersebut.

Dijelaskan lebih lanjut, pendapatan yang dimaksud berasal dari iklan yang ditampilkan pada utas balasan para kreator di Twitter.

"Mulai hari ini, Twitter akan berbagi pendapatan iklan dengan kreator untuk iklan yang muncul di utas balasan mereka," tulis bos Tesla tersebut. Namun, Twitter tetap menetapkan syarat untuk kreator yang berhak mendapatkan pembagian pemasukan dari iklan tersebut.

Melalui unggahan berikutnya, Elon menuliskan, akun tersebut harus menjadi pelanggan Twitter Blue. "Agar memenuhi syarat, akun harus menjadi pelanggan Twitter Blue Verified," tulisnya.

Skema Berbagi Pendapatan Masih Belum Jelas

Twitter App Logo
Twitter App Logo (Photo by Jeremy Bezanger on Usplash)

Kendati demikian, ia tidak menjelaskan secara detail mengenai skema pembagian pendapatan ini. Twitter sendiri bukan platform pertama yang menerapkan kebijakan berbagi pendapatan iklan dengan para kreatornya.

Sejumlah platform lain, seperti YouTube, TikTok, Twitch, Instagram, hingga Facebook sudah lebih dulu melakukannya. Karenanya, ada anggapan langkah ini dilakukan Twitter agar bisa mempertahankan pengguna mereka sekaligus memperluas cara kreator mendapatkan uang dari platform tersebut.

Selain itu, langkah ini disebut menjadi salah satu cara Elon Musk agar Twitter bisa lebih bersaing dengan platform lain.

Dalam beberapa tahun terakhir, Twitter memang diketahui menghadirkan sejumlah fitur baru untuk membantu para kreator menghasilkan uang, mulai dari fitur Super Follows, Ticketed Spaces, hingga dashbord khusus monetisasi.

(Tin/Isk)

Infografis Tekno Google Twitter
Infografis Tekno Google Twitter (liputan6/desi)
Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya