Liputan6.com, Jakarta - Nama perusahaan yang bergerak di bidang kecerdasan buatan atau artificial intelligence (AI) OpenAI, sedang banyak dibicarakan, setelah semakin populernya chatbot buatan mereka, ChatGPT.
Bahkan, pesatnya jumlah pengguna ChatGPT hanya dalam beberapa bulan usai diluncurkan, membuat tren alat-alat AI naik, dan bikin banyak perusahaan mulai mengembangkan tools AI-nya sendiri.
Baca Juga
OpenAI didirikan pada Desember 2015 oleh beberapa nama terkenal di dunia teknologi, seperti Elon Musk, Greg Brockman, dan Sam Altman.
Advertisement
Kala itu, OpenAI bertujuan mengembangkan kecerdasan buatan yang ramah pada manusia dan mampu membantu menyelesaikan masalah kompleks.
Meskipun begitu, produk alat AI buatan OpenAI bukan cuma ChatGPT saja. Ada beberapa tools atau alat berbasis AI yang sudah mereka luncurkan sebelum chatbot tersebut.
Berikut ini Tekno Liputan6.com jabarkan beberapa produk AI OpenAI, termasuk ChatGPT:
ChatGPT
ChatGPT adalah chatbot model mesin pembelajaran yang telah dilatih untuk memahami bahasa manusia dan menghasilkan teks manusia terstruktur dan dapat dimengerti.
ChatGPT menggunakan pendekatan deep learning untuk menghasilkan teks, dan bekerja dengan cara mempelajari pola bahasa manusia dari berbagai sumber data di internet, termasuk di website, buku, artikel, dan dokumen lainnya.
Setelah mempelajari pola bahasa manusia, chatbot ini dapat menghasilkan teks secara otomatis dengan cara memprediksi kata-kata berikutnya berdasarkan kata-kata sebelumnya dalam teks.
"Format ini memungkinkan Chat GPT menjawab pertanyaan, mengakui kesalahan, menantang premis salah, dan menolak permintaan tidak pantas," tulis OpenAI dalam unggahan saat ChatGPT rilis.
Meski memiliki kemampuan yang menjanjikan, bot AI ini tetap mempunyai batasan. Salah satunya adalah informasi yang ditampilkan kadang tidak terlalu aktual.
ChatGPT saat ini belum bisa menjelajah internet atau mengakses informasi eksternal. Karenanya, sistem baru memberikan jawaban atau saran untuk pertanyaan yang lebih bersifat lokal.
DALL-E
Sebelum ChatGPT viral, tren AI mulai naik daun setelah banyaknya gambar yang dibuat oleh AI bertebaran di media sosial. Salah satu alat yang banyak dipakai adalah DALL-E buatan OpenAI.
Dikutip dari Business Insider, pengguna alat seni AI generatif ini tumbuh dengan lebih dari 1,5 juta setiap harinya. Generator seni AI ini membuat gambar asli yang disebut "generasi" dari input permintaan teks terperinci oleh pengguna.
Anda dapat menulis perintah mendetail seperti "astronot ikan berenang di lautan di luar angkasa, seni digital", dan menentukan gaya seni, atau bahkan referensi artis tertentu seperti Vincent Van Gogh.
Pengguna juga bisa mengedit "generations" di DALL-E menggunakan salah satu kredit, yang diberikan oleh program setiap bulannya. Anda juga bisa mengunggah foto sendiri, untuk membuat sebuah gambar.
Tentu saja, seperti ChatGPT, DALL-E juga menimbulkan kontroversi di antara para seniman, yang memperdebatkan kehadiran alat ini, terutama dampaknya bagi pekerja di industri kreatif.
Advertisement
Whisper
Whisper adalah model pengenalan ucapan otomatis, yang menyalin ucapan ke teks, serta bisa mengidentifikasi dan menerjemahkan berbagai bahasa, ke bahasa Inggris. Model ini juga bisa menyalin dalam berbagai bahasa.
Menurut OpenAI, Whisper dilatih pada 680 ribu jam data multi-bahasa dan multitask yang diawasi, yang dikumpulkan dari internet.
Codex
Codex adalah sistem AI yang menerjemahkan bahasa alami menjadi kode. OpenAI mengatakan, Codex "paling mampu" dalam Python, tetapi juga mahir dalam lebih dari selusin bahasa coding seperti JavaScript dan Swift.
Model ini dapat menafsirkan perintah sederhana yang dimasukkan oleh pengguna.
OpenAI mengatakan, Codex adalah "model pemrograman dengan tujuan umum", yang berarti dapat digunakan untuk "pada dasarnya tugas pemrograman apa pun", meski hasilnya bisa bervariasi.
GPT-Classifier
Tak lama setelah ChatGPT naik daun dan menimbulkan perdebatan, OpenAI juga kabarnya sedang menggarap alat, untuk mengenali apakah sebuah teks dibuat oleh manusia, atau AI yang mirip dengan chatbot buatan mereka.
"GPT-Classifier dirancang untuk mendeteksi dan mengenali apakah teks yang dibaca adalah karya ChatGPT atau buatan teknologi AI GPT lainnya," tulis OpenAI di blog perusahaan.
Perusahaan menjelaskan, tool GPT-Classifier saat ini baru bisa mengidentifikasi dengan benar 26 persen teks tulisan AI. "Sementara itu melabeli 9 persen teks manusia sebagai tulisan AI," katanya.
OpenAI juga mencatat, akurasi tool ini akan meningkat seiring dengan bertambahnya jumlah teks yang ditulis. Sayangnya, tool GPT-Classifier ini baru bisa mendeteksi teks yang ditulis menggunakan bahasa Inggris.
Walau fungsi dan fitur GPT-Classifier ini masih terbatas, permintaan untuk tool pendeteksi ChatGPT atau lainnya ini sangat dinanti oleh banyak pihak.
(Dio/Isk)
Advertisement