Liputan6.com, Sumba - Indonesia sudah meluncurkan 5G pada tahun 2021 yang lalu, di mana jaringan ini bahkan sudah ada sekitar lima tahun secara global. Meski begitu, penerapan jaringan ini di berbagai negara, termasuk Indonesia, bukan tanpa tantangan dan hambatan.
Menurut Ketua Insfrastruktur Telematika Nasional, Masyarakat Telematika Indonesia (Mastel), Sigit Puspito Wigati Jarot, banyak pihak yang mempertanyakan kesuksesan dari penerapan maupun adopsi 5G.
Baca Juga
Pertanyaan-pertanyaan yang keluar antara lain penerapannya, kecepatannya yang menurun, performa tak sebaik yang dijanjikan, hingga dampaknya buat 6G yang diperkirakan hadir sekitar 2030.
Advertisement
"Indonesia pun sama (dipertanyakan), setelah dua tahun menggelar kok masih begitu-begitu saja," kata Sigit dalam acara Huawei Media Camp 2023 di Sumba, Nusa Tenggara Timur (NTT), Sabtu (10/12/2023).
Sigit menyebut, masih ada demand gap (kesenjangan permintaan) untuk jaringan 5G, di mana permintaan dari masyarakat terhadap jaringan telekomunikasi generasi kelima ini belum muncul.
"Maka pekerjaan perusahaan seperti Huawei, dan juga operator telekomunikasi untuk membentuk demand, sehingga ada kebutuhan dari masyarakat bahwa 5G ini memang betul-betul perlu," kata Sigit.
Dari segi use case, penggunaan 5G memang sudah banyak. Namun, realisasinya dinilai masih belum menyeluruh, meski Sigit mengatakan bahwa hal ini sedikit demi sedikit ini bakal berkembang.
Sigit juga menilai bahwa adopsi 5G tidak akan melonjak pesat secara tiba-tiba, tapi akan berjalan dengan sendirinya.
"Adopsi atau penetrasi 5G, itu tetap akan berjalan, tetapi tidak akan tiba-tiba naik, tapi dia sifatnya natural dan gradual (bertahap)," kata Sigit menambahkan.
Jalan Keluar untuk Industri Telko yang Sedang Tak Baik-Baik Saja
Walau banyak tantangan dan hambatan dalam penerapannya, 5G dianggap sebagai salah satu jalan keluar buat industri telekomunikasi yang dinilai "tidak sehat-sehat saja, sedang dalam banyak tekanan."
"Karena memang peluang revenue-nya ada, tapi memang cost-nya cukup tinggi, tapi ini salah satu jalan keluar supaya tetap hidup," kata Sigit.
Untuk tahun depan, Sigit memperkirakan bahwa pemerintah akan merilis frekuensi 700 MHz dan 26GHz. Sementara untuk 2,6 GHz dan 3,5 GHz di mid-band atau tengah belum diketahui. Padahal idealnya, 5G berada di frekuensi ini.
"700 Mhz ini keuntungannya dia cakupannya bisa luas, tapi frekuensinya sempit. Makanya ini akan dibagi ke berapa pemenang kita belum tahu," kata Sigit.
Sigit pun mengatakan, 5G punya potensi untuk memberikan revenue, dan ini adalah salah satunya cara untuk menjawab kebutuhan naiknya lalu lintas data yang cukup besar di Indonesia.
"Karena kalau tetap pada teknologi 4G mungkin tidak akan cukup lagi. Jadi satu-satunya jalan memang harus dengan 5G," ia menambahkan.
Advertisement
Huawei Bangun Jaringan KA Cepat Whoosh hingga 5G di Solo
Pada kesempatan yang sama, perusahaan infrastruktur teknologi informasi dan komunikasi (TIK) Huawei, mengungkapkan sejumlah upaya mereka dalam memperluas konektivitas, serta mendukung transformasi digital di Indonesia.
Salah satu yang terbaru adalah bagaimana Huawei memberikan dukungan untuk jaringan di proyek Kereta Api Cepat Whoosh Jakarta-Bandung.
Pada KA Cepat Whoosh, Huawei dan China Railway Signal and Communications membangun jaringan komunikasi berteknologi nirkabel di frekuensi 900 Mhz, sistem transmisi persinyalan, serta data center untuk menunjang operasional kereta dengan jalur sepanjang 142,3 kilometer ini.
"Whoosh adalah kesuksesan yang besar. Kami sangat terhormat menjadi bagian dari ini," kata James Sun, Vice President Huawei Indonesia, dalam Huawei Media Camp 2023 di Sumba Timur, Nusa Tenggara Timur, Sabtu (9/12/2023).
Selain itu, di Indonesia, perusahaan asal Tiongkok ini bersama Masyarakat Telematika Indonesia (MASTEL) dan Telkomsel, juga bekerja sama membangun jaringan 5G di Solo Technopark.
Menurut perusahaan, kolaborasi pembangunan 5G di Solo Technopark dilaksanakan berbarengan dengan penyelenggaraan konferensi tingkattinggi yang melibatkan seluruh ekosistem digital di tanah air untuk mengeksplorasi 5G live use case terintegrasi.
Momen itu juga sekaligus membahas mengenai perkembangan 5G terkini di seluruh dunia, dalam hal penerapan jaringan, pengembangan pengguna, pembangunan ekosistem, pengalaman digital, aplikasi industri, dan nilai bisnis.
Â
Jalin Kemitraan Buat Siapkan Talenta Digital
Sementara dari sektor transformasi digital, Huawei juga menjalin kemitraan dengan pemerintah dan dunia pendidikan, dalam mempersiapkan talenta digital.
Lebih lanjut, Huawei Indonesia mengklaim telah menjalin kerja sama dengan berbagai stakeholder pemerintahan selama satu tahun terakhir.
Menurut perusahaan, hal guna meningkatkan kapasitas dan kompetensi talenta digital menyongsong era digital 5.0 serta mengantisipasi potensi ancaman serangan siber.
Dalam pengembangan SDM digital, Huawei menargetkan terciptanya 100 ribu orang Indonesia tanggap digital, melalui sejumlah pelatihan dan sertifikasi hingga 2025. Saat ini, Huawei menyebut telah melatih lebih dari 93 ribu orang.
Advertisement