Brasil Gugat Meta dan TikTok: Dianggap Ancam Kesehatan Mental Anak-Anak

Meta dan TikTok kembali berhadapan dengan gugatan hukum di Brasil. Kelompok konsumen menuding kedua platform ini gagal melindungi anak-anak dari bahaya kecanduan dan konten berbahaya.

oleh Agustinus Mario Damar diperbarui 31 Okt 2024, 09:30 WIB
Diterbitkan 31 Okt 2024, 09:30 WIB
Ilustrasi Meta dan Facebook. (Unsplash/Dima Solomin)
Ilustrasi Meta dan Facebook. (Unsplash/Dima Solomin)

Liputan6.com, Jakarta - Meta dan TikTok dilaporkan kembali berhadapan dengan masalah hukum terkait perlindungan privasi anak. Kali ini, kelompok konsumen di Brasil yakni Collective Defense Institute yang mengajukan gugatan pada Meta, TikTok, dan Kwai.

Mengutip informasi dari Engadget, Kamis (31/10/2024), gugatan hukum pada Meta dan TikTok ini didasarkan pada penelitian yang menunjukkan risiko penggunaan media sosial bagi anak-anak.

Untuk itu, penggugat meminta Meta dan perusahaan lainnya memberikan peringatan yang jelas mengenai dampak negatif kecanduan platform media sosial pada kesehatan mental anak-anak.

Selain itu, penggugat juga menuntut perusahaan menerapkan mekanisme perlindungan data yang lebih ketat.

"Sangat penting untuk mengambil langkah yang mengubah cara kerja algoritma, pengolahan data pengguna di bawah 18 tahun," tutur Lilian Salgado, seorang pengacara dan salah satu penggugat.

Ini bukan kali pertama Meta dan TikTok menghadapi gugatan terkait keselamatan anak-anak. Pada akhir 2023, New Mexico menggugat Meta karena tidak melindungi anak-anak.

Dalam gugatan itu, Facebook dan Instagram disebut telah menyarankan konten seksual pada anak di bawah umur.

Satu bulan kemudian, terungkap dalam memo internal 2021, Meta menemukan lebih dari 100.000 pengguna anak-anak menghadapi pelecehan setiap hari. Namun, eksekutif Meta menolak rekomendasi mendesain ulang algoritma.

Lalu di awal Oktober 2024, 14 jaksa di Amerika Serikat menggugat TikTok karena dianggap keliru mengklaim platformnya aman bagi anak-anak.

Terlepas dari kasus ini, Brasil juga sebelumnya sempat berselisih dengan X atau yang dulu dikenal Twitter. X diblokir karena platform itu menolak memblokir profil yang dianggap pemerintah telah mempromosikan misinformasi pemilu.

Platform X Milik Elon Musk Diblokir di Brasil, Ada Apa?

Ilustrasi: Aplikasi X alias Twitter
Ilustrasi: Aplikasi X alias Twitter (Liputan6.com/ Agustin Setyo Wardani)

Sebelumnya, perseteruan antara Elon Musk dengan pemerintah Brasil kembali memanas. Kali ini, platform media sosial X (dulunya Twitter) menjadi korbannya.

Mengutip The Verge, Minggu (1/9/2024), seorang hakim Mahkamah Agung Brasil, Alexandre de Moraes, memerintahkan pemblokiran X setelah Elon Musk gagal menunjuk perwakilan hukum di negara tersebut.

Keputusan ini diambil setelah Musk menutup kantor X di Brasil awal bulan ini, sebagai respons atas ancaman penangkapan terhadap perwakilan hukun perusahaan oleh de Moraes.

de Moraes mengatakan, Badan Telekomunikasi Nasional (Anatel) untuk membatasi akses ke medsos X dalam waktu 24 jam. "Apple dan Google memiliki waktu lima hari untuk menghapus X dari toko aplikasi mereka masing-masing."

Selain diblokir, negara ini juga mengenakan denda harian sebesar 50.000 real Brasil atau sekitar USD 8.911 ke pengguna yang mencoba akses X melalui jaringan pribadi virtual (VPN), seperti yang dilaporkan Poder360.

Pemblokiran X di Brasil menimbulkan pertanyaan serius tentang kebebasan berpendapat di era digital. Musk sendiri mengecam keputusan tersebut, menyebutnya sebagai upaya "menghancurkan demokrasi untuk tujuan politik".

 

Dampak Pemblokiran

Ilustrasi aplikasi X atau dulu Twitter di smartphone (Liputan6.com/Giovani Dio Prasasti)
Ilustrasi aplikasi X atau dulu Twitter di smartphone (Liputan6.com/Giovani Dio Prasasti)

Pemblokiran X di Brasil berpotensi merugikan jutaan pengguna di negara tersebut. Selain itu, keputusan ini juga bisa berdampak negatif pada reputasi Brasil sebagai negara yang demokratis dan menghormati kebebasan berpendapat.

Reaksi Elon Musk

Musk mengecam keras keputusan pemblokiran X, menyebutnya sebagai "serangan terhadap demokrasi". Dia juga menuduh de Moraes sebagai "hakim semu yang tidak dipilih" yang bertindak untuk kepentingan politik.

Belum jelas bagaimana nasib X di Brasil selanjutnya. Musk bisa saja memutuskan untuk mematuhi perintah pengadilan dan menunjuk perwakilan hukum baru, atau dia bisa terus melawan dan mencari cara lain untuk menyediakan akses ke X Twitter bagi pengguna di Brasil.

X Tantang Zoom dan Google Meet Lewat Fitur Baru Ini

Ilustrasi: Aplikasi X alias Twitter (Liputan6.com/ Agustin Setyo Wardani)
Ilustrasi: Aplikasi X alias Twitter (Liputan6.com/ Agustin Setyo Wardani)

Di sisi lain, X yang dulunya dikenal sebagai Twitter tak pernah berhenti bikin gebrakan baru. Setelah ganti nama, sekarang mereka sibuk membangun fitur video conferencing sendiri. F

itur baru ini sementara diberi nama X Conference dan masih dalam tahap uji coba internal. Dikutip dari Phone Arena, Rabu (29/08/2024), Menurut Chris Park, X Conference bakal jadi alat video conferencing multi-orang yang cukup dasar, mirip dengan Zoom atau Google Meet.

Meskipun sederhana, ada beberapa fitur keren yang lagi disiapkan, seperti pinning speakers dan notifikasi yang lebih baik.

Chris Park bahkan bilang kalau X Conference sudah jadi alternatif yang cukup kuat untuk bersaing dengan platform video conferencing populer lainnya. Bukan cuma Park, Nima Owji, seorang peneliti aplikasi, juga ikut kasih bocoran soal fitur ini.

Dia menyebut kalau X Conference bakal mendukung spatial audio dan built-in captions, yang pastinya jadi nilai tambah. Tapi meskipun fitur-fitur ini menarik, masih belum jelas siapa target utama X untuk fitur ini, selain karyawan internal mereka sendiri.

Infografis Era Teknologi 5G di Indonesia
Infografis Era Teknologi 5G di Indonesia (Liputan6.com/Triyasni)
Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya