Jakarta - Timnas Indonesia U-23 hanya melangkah hingga 16 besar sepak bola Asian Games 2018. Namun, dalam lima pertandingan yang dijalani oleh tim asuhan Luis Milla, Bola.com melihat lima pemain tampil paling konsisten.
Tim Garuda Muda tampil luar biasa sejak pertandingan pertama Grup A sepak bola Asian Games 2018. Menjalani empat pertandingan di babak grup, Hansamu Yama Pranata dkk. hanya kalah 1-2 dari Palestina.
Advertisement
Baca Juga
- Ini Kata Evan Dimas soal Final Sepak Bola Asian Games 2018
- 2 Pemain Timnas Indonesia U-23 Jagokan Korsel Raih Emas Asian Games
- Gelandang Timnas Indonesia U-23 Sebut Korsel Bakal Jadi Juara Asian Games 2018
Sempat terancam hanya memiliki peluang tipis untuk lolos ke fase knockout karena kekalahan dari Palestina, akhirnya Timnas Indonesia U-23 lolos dari fase grup sebagai juara grup sekaligus menjadi satu dari dua tim dengan jumlah gol terbanyak di babak grup, yaitu 11 gol bersama China.
Bahkan permainan atraktif dan pantang menyerah diperlihatkan Timnas Indonesia U-23Â di babak 16 besar ketika menghadapi Uni Emirat Arab. Saat itu, wasit memberikan dua penalti kepada UEA yang mampu dikejar oleh gol yang diciptakan oleh Beto Goncalves dan Stefano Lilipaly untuk membuat kedudukan menjadi 2-2.
Sayangnya, perjuangan luar biasa Stefano Lilipaly dkk. harus kandas dalam drama adu penalti. Timnas Indonesia U-23 kalah 3-4 dalam drama tersebut.
Permainan Tim Garuda Muda sepanjang lima pertandingan selalu atraktif, dengan sejumlah perubahan strategi yang dilakukan Luis Milla hingga mendapatkan tim dengan komposisi terbaik. Sejumlah pemain Timnas Indonesia U-23Â pun memperlihatkan permainan yang konsisten dalam setiap laga yang mereka mainkan.
Stefano Lilipaly, Motor Agresivitas Timnas Indonesia U-23
Gelandang serang Timnas Indonesia U-23 ini boleh dibilang menjadi pemain yang paling berkontribusi besar bagi kemenangan Tim Garuda Muda. Stefano Lilipaly tercatat mencatat empat gol dan empat assist selama lima pertandingan yang dijalani oleh Timnas Indonesia U-23.
Peran besar Stefano sudah dimulai dari laga pertama kontra Chinese Taipei. Dua gol dan satu assist berhasil dipersembahkan oleh pemain Bali United itu dalam laga pertama, termasuk tendangan salto yang berbuah gol kedua yang dicetaknya dalam pertandingan tersebut.
Namun, pergerakan Stefano Lilipaly di laga kontra Palestina berhasil dimatikan oleh para pemain lawan. Stefano yang bermain sebagai "striker palsu" dalam formasi false nine karena absennya Alberto Goncalves harus bekerja keras untuk bisa menciptakan peluang yang akhirnya Timnas Indonesia U-23 kalah 1-2 dari Palestina.
Namun, kebangkitan Timnas Indonesia U-23 ketika menghadapi Laos kembali menjadi momen bagi Stefano Lilipaly untuk menjadi sosok sentral. Lilipaly tidak mencetak gol dalam pertandingan ini, tapi assist yang dikirimkannya untuk gol kedua Beto Goncalves.
Sementara laga terakhir Grup A yang dijalani Tim Merah-Putih benar-benar luar biasa bagi Stefano Lilipaly. Meski sempat tertinggal lebih dulu dari Hong Kong, Irfan Jaya berhasil menyamakan kedudukan setelah menerima umpan terobosan dari Stefano Lilipaly.
Dalam kedudukan imbang 1-1, Stefano Lilipaly berhasil mencetak gol atas namanya sendiri saat laga tinggal lima menit lagi sebelum berakhir. Namun, pada masa injury time, umpan silang Stefano Lilipaly berbuah gol ketiga Tim Garuda Muda yang dicetak oleh Hanif Abdurrauf Sjahbandi.
Stefano Lilipaly juga menjadi aktor utama keberhasilan Timnas Indonesia U-23 saat menghadapi UEA di 16 besar. Dalam keadaan tertinggal 1-2 dari UEA, Stefano Lilipaly berhasil memaksa pertandingan berlanjut ke babak tambahan setelah mencetak gol pada masa injury time.
Saat eksekusi dalam drama adu penalti pun Stefano Lilipaly mampu menjalani tugas dengan baik, tapi sayang Timnas Indonesia U-23 kalah dalam drama itu dan tersingkir.
Advertisement
Alberto Goncalves, Mesin Gol Timnas Indonesia U-23
Setelah kesulitan mencari striker untuk menjadi solusi penyelesaian akhir Timnas Indonesia U-23 selama persiapan, Alberto Goncalves akhirnya menjadi pilihan Luis Milla untuk menjadi satu-satunya striker yang dibawa ke Asian Games 2018.
Beto yang belum cukup lama bergabung bersama Timnas Indonesia U-23 akhirnya mampu membuktikan bisa tampil memukau dalam pesta olahraga Asia itu. Striker Sriwijaya FC itu langsung memperlihatkan ketajamannya dengan mencetak satu gol dalam kemenangan 4-0 atas Chinese Taipei di pertandingan pertama Grup A.
Menerima umpan backheel dari Stefano Lilipaly, Beto berhasil mengontrol bola dengan baik sebelum melepaskan tembakan kaki kiri yang sangat keras dari tengah kotak penalti. Namun, sayangnya Beto dibangkucadangkan oleh Luis Milla saat Timnas Indonesia U-23 kalah 1-2 dari Palestina.
Kembali bermain saat menghadapi Laos, Beto kembali memperlihatkan ketajamannya. Dua dari tiga gol Timnas Indonesia U-23 berhasil dicetaknya. Beto membuktikan bahwa dirinya adalah striker yang dibutuhkan oleh Luis Milla dalam Asian Games 2018.
Tanpa gol dalam laga kontra Hong Kong di pertandingan terakhir Grup A, Beto berhasil menyamakan kedudukan menjadi 1-1 dalam laga kontra UEA di 16 besar sepak bola Asian Games 2018. Dengan koleksi empat gol selama Asian Games 2018, Beto menjadi pemain yang terhitung konsisten saat tampil di lapangan hijau.Â
Irfan Jaya, Sayap Cepat Timnas Indonesia U-23 yang Menusuk Pertahanan Lawan
Selain Alberto Goncalves, Irfan Jaya merupakan pemain yang tergolong baru bergabung dengan Timnas Indonesia U-23. Pemain Persebaya Surabaya itu baru mendapatkan panggilan memperkuat Tim Garuda Muida setelah tampil cemerlang bersama klubnya di Piala Presiden 2018.
Sebagai pemain yang baru bergabung dengan tim dalam hitungan bulan, Irfan Jaya langsung mampu nyetel dengan permainan yang diterapkan oleh Luis Milla. Hal tersebut diperlihatkannya sejak pertandingan pertama dengan menjadi pemain sayap di sisi kanan Tim Garuda Muda.
Setelah tampil dalam satu pertandingan, Irfan Jaya langsung berkembang lebih baik. Sebuah gol dicetak oleh pemain berusia 22 tahun itu saat menghadapi Palestina. Sayang, Irfan Jaya harus ditarik keluar karena adanya benturan yang membuatnya tak bisa meneruskan permainan dan Tim Garuda Muda kalah tipis 1-2.
Cedera yang dialami Irfan Jaya membuat Luis Milla memutuskan untuk membangkucadangkannya di laga kontra Laos dan memainkan Saddil Ramdani sebagai starter dalam laga tersebut. Namun, Irfan kembali tampil sebagai starter di laga terakhir Grup A kontra Hong Kong.
Dalam laga tersebut, Irfan Jaya berhasil membuka keran gol Timnas Indonesia U-23 yang sempat tertinggal lebih dulu. Memanfaatkan umpan dari Stefano Lilipaly, Irfan Jaya dengan percaya diri melepaskan tembakan keras yang tak mampu dihalau kiper Hong Kong.
Advertisement
Zulfiandi, Gelandang Tenang yang Membantu Pertahanan Timnas Indonesia U-23
Jika tiga pemain sebelumnya mampu memberikan kontribusi besar lewat permainan menyerang, umpan-umpan mematikan, dan gol-gol yang bersarang di gawang lawan, kali ini ada Zulfiandi yang tidak banyak membantu lini serang. Namun, peran sentralnya sebagai seorang gelandang bertahan patut diacungi jempol.
Zulfiandi tercatat menjadi satu dari tiga pemain yang mendapatkan menit bermain yang utuh dari pertandingan pertama hingga terakhir yang dijalani Timnas Indonesia U-23 di Asian Games 2018. Permainan tenang dan disiplin menjadi sebuah kontribusi besar bagi Tim Garuda Muda.
Zulfiandi selalu menjadi orang yang secara mengejutkan mampu mengendalikan bola di lini pertahanan ketika tim lawan mencoba untuk bisa merangsek masuk dan menciptakan peluang.
Berbeda dengan banyak pemain Indonesia kebanyakan yang memilih untuk langsung membuang ke depan bola yang didapatkan, Zulfiandi adalah tipe pemain yang memilih mengontrol bola dengan tenang di antara kepungan pemain lawan sebelum memutuskan ke arah mana ia melakukan clearance.
Tak hanya itu, ketika bicara soal posisinya yang berada di lini tengah, Zulfiandi juga menjadi jembatan yang sangat bagus ketika Tim Garuda Muda akan memulai serangan dari bawah atau serangan balik. Zulfiandi kerap mendapatkan bola dari lini pertahanan dan dengan perlahan mendorongnya ke depan sebelum menjadi sebuah serangan.
Ketenangan dan disiplin benar-benar menjadi keunggulan pemain asal Sriwijaya FC itu bersama Timnas Indonesia U-23 selama Asian Games 2018.
Hansamu Yama, Kapten dan Palang Pintu Pertahanan
Kapten Timnas Indonesia U-23Â ini tak berbeda dengan Zulfiandi. Ia mendapatkan menit bermain terus menerus sepanjang Tim Garuda Muda tampil di Asian Games 2018.
Tak hanya berperan sebagai kapten yang memimpin rekan-rekan setimnya di dalam lapangan, Hansamu Yama juga menjadi pemain yang memantau dengan baik semua pergerakan pemain, baik rekan maupun lawan, dengan sangat baik di belakang.
Satu bukti bagaimana Hansamu Yama mampu membaca arah permainan adalah dengan keberhasilannya memenangi duel-duel udara ketika kiper tim lawan mengirimkan bola jauh ke depan. Bahkan, tak jarang Hansamu Yama sedikit naik ke depan ketika melihat bola akan jatuh di kepala pemain lawan di area tengah lapangan.
Hansamu Yama mampu memenangi hampir semua duel udara yang dilakukannya selama Asian Games 2018 berlangsung.
Bahkan Luis Milla berani untuk mengambil keputusan memainkan Hansamu sebagai striker ketika Tim Garuda Muda dalam kondisi tertinggal. Postur tubuh dan kemampuannya memenangi duel udara menjadi modal yang sangat baik untuk bisa mengancam gawang lawan.
Bukti konkret terjadi saat Timnas Indonesia U-23 menang 3-0 saat menghadapi Laos. Dalam gol ketiga yang dicetak oleh Ricky Fajrin, bola lebih dulu mendarat di kepala Hansamu Yama yang berlari dan menyundul bola di dekat tiang jauh dan mengarahkan bola ke tiang gawang yang lain hingga akhirnya disambut oleh Ricky Fajrin dengan sebuah sontekan yang berbuah gol ketiga.
Sumber: Bola.com
Advertisement