Nasionalisme China Bisa Bikin Ekonomi Asia Ambruk

Pengaman kebijakan internasional menilai semangat nasionalisme China dapat menghancurkan kesuksesan Ekonomi Asia yang telah dicapai sekarang

oleh Siska Amelie F Deil diperbarui 02 Jun 2014, 13:24 WIB
Diterbitkan 02 Jun 2014, 13:24 WIB
Ekonomi China
(Foto: Liputan6.com)

Liputan6.com, Wina - Kecintaan pada bangsa dan negeri sendiri seringkali dianggap sebagai hal yang baik dan dapat memajukan negara. Faktanya, beberapa pengamat politik dan kebijakan negara justru menilai semangat nasionalisme China dapat menghancurkan kesuksesan Ekonomi Asia yang telah dicapai selama ini.

"Rasa nasionalismen kini tengah meningkat di Asia, dan telah dianggap sebagai isu penting. Pasalnya nasionalisme menggerakan pola pengambilan kebijakan di bidang ekonomi, militer dan keuntungan bisnis," ungkap Profesor ekonomi dan sosial University of Vienna, Ruediger Frank seperti dikutip dari CNBC, Senin (2/6/2014).

Perselisihan wilayah teritorial antara China dan negara-negara tetangganya di Asia terkait perebutan Laut China Selatan dan Timur telah menyulut rasa nasionalisme di kawasan tersebut. Jika tidak diatasi dengan baik, rasa nasionalisme tersebut justru dapat mengganggu stabilitas Asia khsususnya di bidang perekonomian.

Frank menjelaskan, meningkatnya rasa nasionalisme dapat mendorong para politisi untuk bertindak lebih keras dari sebelumnya dan berpotensi meningkatkan risiko konflik. Tengok saja bagaimana perselisihan yang terjadi antara China dan Vietman di wilayah Laut China Selatan.

China mengklaim dominasi kepemilikan kekayaan laut tersebut dibandingkan Vietnam, Filipina, Taiwan, Malaysia dan Brunei.

"Di China dan Vietnam, pola kepemimpinan di sana telah membentuk rasa nasionalisme yang agresif untuk menyatukan negara. Hasilnya, perselisihan antar dua negara tersebut dapat meningkatkan ketegangan ekonomi dan politik di negara-negara sekitarnya," terang dia.

"Jika terjadi konflik di Laut China Selatan, maka hal tersebut akan membahayakan perdagangan global, mengganggu pemulihan perekonomian dunia," ungkap Perdana Menteri Vietnam Nguyen Tan Dung pada Forum Ekonomi Dunia bulan lalu.

Maklum, sejauh ini Laut China Selatan memang telah berfungsi sebagai jalur pelayaran internasional. Gangguan di wilayah tersebut dapat langsung berdampak pada perekonomian dunia.

"Kapanpun terjadi gangguan jaringan distribusi pasokan di sejumlah negara, maka rantai pasokan dunia juga ikut terganggu. Dampaknya justru akan ditanggung berbeda di setiap negara," jelasnya.

Konflik di sejumlah negara Asia dapat menciptakan gangguan pengiriman barang dan menyebarkan ketegangan dan ketidakpastian perdagangan. Hal tersebut juga tengah berkecamuk di Thailand saat ini.

Direktur Pelaksana World Economic Forum Espen Barth Eide menegaskan, sebagai tenaga utama perekonomian dunia, hal buruk yang menimpa Asia akan berdampak buruk pada seluruh dunia.

Sementara itu, sejumlah analis politik telah menyatakan kekhawatirannya terhadap sejumlah konflik yang mungkin pecah di Asia. Pasalnya, Asia selalu ingin menguasai kawasan tersebut.

"China selalu ingin menjadikan negaranya sebagai pemimpin dunia. Saya rasa itu akan membatasi keinginannya untuk mencapai mimpi tersebut," ungkap Frank.

Lebih lanjut dia menjelaskan, China selalu ingin dihormati sebagai negara besar dan tidak pernah mau berdiri di satu tempat yang sama dengan negara lain. Sayangnya, hingga saat ini, China tak mampu menyediakan rasa aman dan stabilitas bagi negara lain di Asia. (Sis/Ndw)

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya