Liputan6.com, Buenos Aires - Para pejabat Argentina membantah negaranya terlilit kasus gagal bayar. Pasalnya, utang pada kedua lembaga hedge fund Amerika Serikat (AS) yang kini tengah dipertanyakan sudah siap dibayarkan di Bank of New York Mellon.
Hanya saja, mengutip laman AFP, Minggu (3/8/2014), rekening tersebut telah dibekukan oleh hakim distrik AS Thomas Griesa.
Baca Juga
"Menghalangi seseorang untuk membayar berarti bukan kami gagal bayar," tegas Presiden Argentina Cristina Kirchner.
Advertisement
Tetapi Griesa menyangkal dan mengatakan, Argentina hanya menawarkan untuk membayar 92 persen kreditor yang setuju untuk menulis write-down atau penghapusbukuan nilai piutang dari laporan keuangan.
Deklarasi nyaris bangkrutnya Argentina membuat dunia finansial kembali bergoncang.
The International Swaps dan Derivatives Association (ISDA), sebuah kelompok yang mengelola perdagangan derivatif menjatuhkan status gagal bayar pada Argentina. Kondisi tersebut memicu Argentina untuk segera membayar kebijakan asuransi kredit bernilai US$ 1 miliar.
15 anggota ISDA termasuk Elliot Management, induk usaha NML Capital, sepakat Argentina telah dililit utang. Keputusan tersebut muncul setelah Standard & Poor mengumumkan Argentina sebagai negara dengan kondisi finansial yang berstatus `selective default`.
Sementara itu, lembaga pemeringkat global Fitch juga mengumumkan status `restrictive default` pada Argentina. Kedua istilah tersebut menunjukkan, negara tersebut telah gagal memenuhi satu atau lebih komitmen finansialnya tapi terus berbenturan dengan lembaga lain.
Sebaliknya, Moody langsung menyebut Argentina sebagai negara yang gagal bayar dan menjatuhkan proyeksi oboligasi negara tersbeut menjadi negatif. Sementara Fitch mengingatkan, situasi tersebut dapat melukai perekonomian negara.
"Kondisi di Argentina dapat menyebabkan inflasi yang lebih tinggi dan akan menekan perekonomiannya lebih jauh dalam kondisinya yang tengah berkontraksi saat ini," ungkap Fitch dalam laporannya.
Para analis juga mengatakan, kondisi jangka panjang dapat memperburuk resesi ekonomi Argentina, inflasi harga BBM, tingginya angka pengangguran dan isolasi dari pasar finansial global.
13 tahun silam, Argentina pernah mencatat beban utang besar karena perekonomian domestiknya mengalami gejala resesi dan sektor perbankannya hancur lebur. Krisis itu memuncak pada 2001 hingga akhirnya pemerintah mengumumkan default atau gagal bayar dengan total tanggungan mencapai US$ 132 miliar.
Angka tersebut adalah default terbesar yang pernah tercatat dalam sejarah ekonomi dunia. Bahkan, saat itu, mata uang peso tergerus tajam terhadap dolar sehingga nyaris tidak memiliki nilai tukar layak. (Sis/Ndw)