Liputan6.com, Bengkulu - Produksi gabah kering Provinsi Bengkulu untuk tahun ini dipastikan menurun jika dibanding dengan tahun lalu. Badan Pusat Statistik mengungkapkan, jumlah produksi gabah kering giling di Bengkulu terhitung hingga bulan Oktober 2014 terjadi penurunan angka produksi hingga 21.539 ton jika dibandingkan dengan jumlah produksi tahun 2013.
"Terjadi penurunan produktivitas bahkan mencapai 1,73 kuintal per hektare, atau turun sebesar 3,46 persen jika dibandingkan dengan tahun 2013," ujar Kepala BPS Provinsi Bengkulu, Dodi Herlando, di Bengkulu (3/11/2014).
Pada 2013, produksi padi gabah kering giling (GKG) di Bengkulu mencapai angka 622.831 ton, sedangkan pada 2014 jumlah yang diproduksi hanya 601.239 ton saja.
Penurunan jumlah produksi terjadi pada tujuh kabupaten dan kota di Provinsi Bengkulu, yakni Kabupaten Seluma, Mukomuko, Kaur, Lebong, Bengkulu Tengah, Kepahiang serta Kota Bengkulu.
Penurunan produksi padi tertinggi, terjadi di Kabupaten Mukomuko, yang turun hingga 28,10 persen jika dibandingkan dengan tahun 2013.
Sementara itu, peningkatan produksi padi, hanya terjadi pada satu kabupaten saja, yakni Kabupaten Bengkulu Selatan, yang mencapai angka 21,03 persen.
Jika ditinjau dari produksi di tahun 2014, Kabupaten Rejang Lebong serta Bengkulu Utara yang menjadi sentra produksi padi.
Jumlah total produksi pada dua kabupaten itu mencapai 210.416 ton pada 2014, sementara Bengkulu Selatan di posisi ke tiga dari produksi GKG terbanyak, yakni sebanyak 86.270 ton.
Hasil padi di Kabupaten Rejang Lebong sebesar 18,02 persen dari total produksi, sementara Bengkulu Utara 16,97 persen.
Sedangkan Kota Bengkulu kata Dodi, tercatat menjadi daerah produksi padi terendah dari 10 kabupaten dan kota.
"Pada 2013, hasi produksi Kota Bengkulu sempat meningkat yakni 18.654 ton, namun kembali turun pada 2014 menjadi 13.870 ton," demikian Dodi Herlando. (Yuliardi Hardjo Putra/Gdn)
Produksi Gabah Kering di Bengkulu Menurun
Penurunan jumlah produksi terjadi pada tujuh kabupaten dan kota di Provinsi Bengkulu.
diperbarui 03 Nov 2014, 21:09 WIBDiterbitkan 03 Nov 2014, 21:09 WIB
Petani merontokkan gabah di Desa Jenggolo, Malang, Jatim. Anjloknya harga gabah menjadi 1.900 rupiah per kilogram membuat petani di kawasan tersebut memilih menjualnya dalam bentuk beras. (Antara)
Advertisement
POPULER
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
Berita Terbaru
Cegah Jadi Bungkus Gorengan, Kertas Revisi Skripsi Diolah Jadi Buket Wisuda Cantik
Jaksa Agung Burhanuddin Minta Jajarannya Usut Korupsi Kepala Desa Ditangani dengan Hati-hati
Semangat dan Antusiasme Suporter Jadi Penambah Motivasi Pemain Timnas Indonesia
Akhir Petualangan Selebgram Remaja di Garut Promosikan Judi Online
Studi Ini Ungkap Satu-Satunya Makhluk Hidup yang Dapat Hidup di Mars
Dengar Adzan saat Bekerja, Sholat Dulu atau Tuntaskan Pekerjaan? Ini Kata Gus Baha
Viral Siswi SMA Mirip Jennifer Coppen, Disebut Cantik Natural dan Mamari Versi Hijab
Viral Anak di Bawah Umur Tabrak Petugas Lalu Lintas Polres Garut, Bagaimana Nasibnya?
6 Keutamaan Sedekah Subuh, Menjaga Harta hingga Menghapus Dosa, Caranya Begini
Alexander Marawata Gugat Undang-Undang KPK ke MK, Ini Alasannya
Gaya Berkelas Rieke Diah Pitaloka Saat Mencecar Budi Arie soal Kasus Dugaan Judi Online
Deretan Aroma Kuat yang Kerap Dikatkan dengan Kedatangan Makhluk Halus, Mitos atau Fakta?