Cost Recovery Dipangkas, Produksi Migas RI Jadi Korban

SKK Migas khawatir produksi dan lifting migas turun jika biaya penggantian ekspolorasi migas (cost recovery) ditetapkan US$ 14 miliar.

oleh Pebrianto Eko Wicaksono diperbarui 11 Feb 2015, 17:33 WIB
Diterbitkan 11 Feb 2015, 17:33 WIB
SKK Migas
Foto: Liputan6.com

Liputan6.com, Jakarta - Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Hulu Minyak dan Gas Bumi (SKK Migas) Khawatir produksi dan lifting migas turun jika biaya penggantian ekspolorasi migas (cost recovery) ditetapkan US$ 14 miliar.

Kepala SKK Migas Amien Sunaryadi mengatakan, SKK Migas telah mengajukan cost recovery dalam Rancangan Anggaran Pendapatan Belanja Negara Perubahan (RAPBN-P) 2015 sebesar Rp 16,5 miliar. Namun saat pengajuan tersebut masuk dalam Badan Anggaran DPR cost recovery tersebut diturunkan menjadi US$ 14 miliar.

"Didiskusikan angka APBN US$ 16,5 miliar. Kebetulan waktu itu dibahas di Banggar kami diminta untuk membuat exercise angka cost recovery-nya US$ 15,5 miliar kemudai 15 dan 14,5. Diminta lagi secara tertulis US$ 13 miliar," kata Amien, di Gedung DPR, Jakarta, Rabu (11/2/2015).

Menurut Amien, jika cost recovery terus diturunkan, akan berdampak pada lifting migas yang telah ditetapkan dalam RAPBN-P. 1221 juta barel setara minyak per hari untuk gas dan lifting minyak sebesar 825 ribu barel per hari (bph).

 "Dari exercise tersebut agak mengkhawatirkan di Banggar cost recovery-nya US$ 14 miliar, angka jauh lebih rendah. Khawatir terkena liftingnya," tutur Amien.

Amien menambahkan, kekhawatiran lainnya adalah kekurangan cost recovery tahun ini digeser (carry over) pada tahun berikutnya.

"Kami juga khawatir biaya digeser tahun berikutnya," pungkasnya. (Pew/Ndw)

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya