Liputan6.com, Jakarta - Presiden Joko Widodo (Jokowi) memanfaatkan momentum Jakarta Food Security Summit (JFSS) ke-3 untuk mendengarkan curhatan para petani, penambak, nelayan, wisata agro sampai pengusaha terkait persoalan produktivitas pangan.
Keluhan maupun saran ini menjadi acuan pemerintah dalam menentukan arah kebijakan pangan di Indonesia.
Sebelum membuka JFSS ke-3 di JCC, Senayan, Kamis (12/2/2015), Presiden didampingi Menteri Koordinator Bidang Perekonomian, Sofyan Djalil dan perwakilan Kamar Dagang dan Industri (Kadin Indonesia) merasa optimistis target swasembada pangan dapat dicapai paling cepat tiga tahun.
Dalam acara ini, Jokowi juga menyempatkan diri berdialog dengan petani, penambak, nelayan dan pengusaha mengenai pencapaian produksi pertanian hingga permasalahan yang masih mengganjal untuk mewujudkan swasembada pangan.
"Semakin saya di lapangan, sering terjun ke medan (lokasi), saya jadi tahu permasalahannya. Setelah berdialog dengan petani dan mendengar peningkatan produktivitas pertanian, dari 2 ton menjadi 4 ton, dari satu setengah ton menjadi 3 ton. Kelipatan itu contohnya," terang dia.
Keberhasilan tersebut, katanya, harus ditingkatkan melalui pendampingan, memperluas kemitraan, organisasi yang bekerja dan pasar yang menyerap produk pertanian tersebut.
"Jadi tinggal di copy dan diperluas secara nasional, maka 3-4 tahun kita bisa capai target swasembada pangan. Kita juga akan berdiskusi denga petani, penambak, peternak, wisata agro, Kadin dan mitra pengusaha, bertemu dan langsung kerja. Kita lihat hasilnya 3-4 tahun ke depan," pungkas dia.(Fik/Nrm)