Menko Perekonomian Sebut Faktor Global Bikin Rupiah Tertekan

Menko Perekonomian, Sofyan Djalil mengatakan, nilai tukar rupiah melemah juga beri sentimen positif untuk ekspor minyak kelapa sawit.

oleh Achmad Dwi Afriyadi diperbarui 13 Feb 2015, 14:00 WIB
Diterbitkan 13 Feb 2015, 14:00 WIB
 Menteri Koordinator Bidang Perekonomian, Sofyan Djalil

Liputan6.com, Jakarta - Nilai tukar rupiah sempat tergelincir di kisaran 12.800 per dolar Amerika Serikat (AS) pada perdagangan kemarin. Hal ini mendapat perhatian dari Menteri Koordinator Bidang Perekonomian, Sofyan Djalil.

Ia menuturkan, nilai tukar rupiah melemah terhadap dolar didominasi dari faktor eksternal. "Ekonomi Amerika Serikat membaik. Spekulan menjadikan isu Yunani, sebenarnya isu lama tapi diangkat kembali. Ini menggerakkan pasar," ujar Sofyan, Jumat (13/2/2015).

Yunani belum menyepakati soal tawaran pemberian bantuan dari Uni Eropa terkait penyelesaian utang negara. Namun ada sedikit titik cerah dari usaha Yunani bernegosiasi dengan Troika sehingga mendorong euro menguat. Sentimen itu juga berpengaruh positif pada gerak rupiah hari ini.

Data valuta asing (valas) Bloomberg, nilai tukar rupiah tampak dibuka menguat ke level 12.741 per dolar AS setelah ditutup menguat di level 12.801 pada perdagangan sebelumnya. Nilai tukar rupiah tercatat menguat 0,2 persen ke level 12.776 per dolar AS pada perdagangan pukul 10:12 waktu Jakarta.

Hingga menjelang siang, nilai tukar rupiah tercatat masih berfluktuasi menguat di kisaran 12.741-12.796 per dolar AS. Sementara kurs referensi Jakarta Interbank Spot Dollar Rate (JISDOR) Bank Indonesia mencatat nilai tukar rupiah menguat tipis ke level 12.769 per dolar AS. Pada perdagangan kemarin nilai tukar rupiah melemah cukup signifikan ke level 12.794 per dolar AS.

Sofyan mengungkapkan, nilai tukar rupiah melemah tak perlu dikhawatirkan mengingat masih tingkat wajar. Pemerintah juga membuat anggaran negara jauh lebih sehat sehingga dukung rupiah. "Tetapi yang penting masyarakat disadarkan bahwa rupiah naik dan turun itu di tingkat kewajaran," papar Sofyan.

Nilai tukar rupiah melemah, menurut Sofyan dapat dijadikan keuntungan untuk ekspor di sejumlah sektor unggulan. "Ekspor kita bagus, minyak sawit yang tidak bagus dengan rupiah melemah, mendapat pendapatan," ujar Sofyan.

Pemerintah memperkirakan, nilai tukar rupiah akan berada di level Rp 12.500 per dolar AS. Ini juga hasil kesepakatan Komisi XI DPR dengan pemerintah dalam pembahasan Rancangan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara Perubahan (RAPBN-P) 2015. (Amd/Ahm)

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya