Penyelesaian Utang Yunani Buntu

Yunani dapat kehabisan dana pada akhir Maret bila tidak menemui kesepakatan untuk dana talangan penyelesaian utang.

oleh Agustina Melani diperbarui 17 Feb 2015, 05:12 WIB
Diterbitkan 17 Feb 2015, 05:12 WIB
Euro
Foto: senate.gov

Liputan6.com, Brussel - Pembicaraan antara menteri keuangan zona Euro terkait utang Yunani harus berakhir pahit seiring pejabat di Athena mengecam tuntutan dan menolak usulan perpanjangan enam bulan bailout.

Dalam sebuah pernyataan pemerintah Yunani, hal itu tidak masuk akal dan tidak dapat diterima untuk meminta negara tersebut memperpanjang kesepakatan penyelamatan. Selain itu, pemerintah Yunani menuduh ketua grup Europ Jeroen Dijsselbloem bersikap mundur atas kesepakatan yang dibuat pekan lalu dengan Perdana Menteri Yunani Alexis Tsipras.

Pejabat Yunani menyatakan, para pejabat kawasan zona Euro hanya fokus pada nota bantuan yang lama. Hal itu membuang waktu mereka. Melihat kondisi itu tidak ada kesepakatan yang diambil.

"Waktu benar-benar habis untuk Yunani. Itulah faktor utama melawannya," ujar Menteri Keuangan Maltese, Edward Scicluna, seperti dikutip dari laman Bloomberg, Selasa (17/2/2015).

Para menteri keuangan zona Euro mencoba menyepakati program dukungan keuangan untuk menjaga Yunani tetap bertahan di zona Euro ketika program sudah berakhir. Tanpa kesepakatan, Yunani bisa kehabisan uang pada akhir Maret, dan memaksa Tsipras mempertimbangkan untuk meninggalkan janjinya kepada pemilih, atau bahkan meninggalkan mata uang tunggal.

Menteri Keuangan Yunani, Yanis Varoufakis menuturkan, komisaris Uni Eropa Bidang Ekonomi dan Moneter, Pierre Moscovici telah mengajukan rancangan pernyataan menjelang pertemuan kalau Yunani sudah siap untuk mendaftar. Akan tetapi, saat menteri keuangan berkumpul, Dijsseblbloem mengajukan draft berbeda, dan Yunani tidak dapat menerimanya.

Varoufakis mengeluh, kalau Dijsselbloem menolak membahas usulan dari komisi Eropa yang memberikan ruang bernafas bagi Yunani selama empat bulan sebagai imbal bagi pemerintah baru untuk menunda perubahan kebijakan utama.

Ekonom Stern Business School, Nicholas Economides menuturkan, pembicaraan tak menemui kata sepakat di grup Euro ini membuat Yunani semakin dekat ke ujung kebangkrutan baru. Ini berpotensi mendorong Yunani keluar dari zona Euro.

"Yunani bisa kehabisan uang pada Maret, dan bank sentral Eropa dapat menangguhkan bantuan kepada bank-bank Yunani setelah 28 Februari yang menyebabkan runtuhnya mereka," ujarnya.

Pembicaraan penyelesaian utang Yunani ini dapat dilanjutkan pada Jumat pekan ini. Akan tetapi hal itu terjadi bila pemerintah Yunani mengajukan permohonan perpanjangan. Yunani harus meminta perpanjangan progam yang ada untuk melakukan pembicaraan dan menjaga hubungan dengan para krediturnya.

Sejauh ini, Yunani telah dijanjikan dana talangan sekotar 240 miliar euro. Kesepakatan mungkin telah diatur untuk program bantuan tindak lanjut yang akan mempertahankan pengawasan oleh Komisi Eropa, European Central Bank (ECB), dan International Monetary Fund (IMF).

Sebelumnya bursa saham global sempat tembus level tertinggi sejak September 2014 seiring investor optimistis terhadap kesepakatan pendanaan untuk penyelesaian utang Yunani di pertemuan menteri keuangan zona Euro pada Senin pekan ini.

Prospek Yunani dan mitranya mencapai kesepakatan utang mendorong imbal hasil obligasi pemerintah lebih tinggi. Imbal hasil obligasi naik 183 basis poin pada awal pekan ini. Namun, indeks saham Athena turun 3,8 persen. "Ada pandangan mendasar untuk sebuah resolusi, paling tidak Yunani memiliki sedikit atau tidak daya tawar," kata John Bilton, Head of The Global Multi Asset Strategy Team JP Morgan Asset Management.

Indeks MSCI all country world naik ke level tertinggi di 472,95 poin. Level ini tertinggi sejak 22 September 2014. Sementara itu, bursa saham Amerika Serikat (AS) libur untuk memperingati Presidents Day. (Ahm/)

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Tag Terkait

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya