JK: Dapat Udara Bagus, Malaysia & Singapura Tak Tahu Terima Kasih

Ketika kebakaran terjadi, Malaysia dan Singapura ramai-ramai melancarkan protes dan Indonesia harus meminta maaf akan hal ini.

oleh Septian Deny diperbarui 03 Mar 2015, 14:55 WIB
Diterbitkan 03 Mar 2015, 14:55 WIB
`JK Jinak-jinak Merpati`
Jusuf Kalla (Dok. Liputan6.com/Abdul Aziz Prastowo)

Liputan6.com, Jakarta - Kebakaran hutan yang kerap terjadi di hutan Indonesia, khususnya di wilayah Riau sering dikeluhkan negara tetangga seperti Malaysia dan Singapura. Pasalnya kedua negara tersebut sering mengaku terganggu akibat asapa tebal dari kebakaran tersebut.

Hal ini pun diakui Wakil Presiden Jusuf Kalla. Ketika kebakaran terjadi, Malaysia dan Singapura ramai-ramai melancarkan protes dan Indonesia harus meminta maaf akan hal ini.

"Sama di Malaysia. Saat asap kena Kuala Lumpur dan Singapura, demo ke kedutaan protes Indonesia kirim asap. Jubir pada waktu itu minta maaf atas nama presiden," ujarnya di Istana Wakil Presiden, Jakarta, Selasa (3/3/2015).

Namun, menurut JK, seharusnya Malaysia dan Singapura juga harus berterimakasih kepada Indonesia yang juga telah memberikan udara yang bagus karena masih memiliki hutan yang lebat.

"Apa minta maaf, 11 bulan dapat udara bagus dari Indonesia, dia tidak pernah terima kasih, satu bulan kena asap dia marah-marah. Tidak pernah terimakasih, tidak ada maaf juga. Baru mereka sadar, minta maaf harus kerjasama," katanya.

JK juga juga mengaku pernah mendapatkan keluhan saat menghadiri di Tokyo, Jepang sekitar 7 tahun lalu. Bahkan Indonesia diminta untuk memperbaiki hutannya.

"Saya bilang, apa yang anda bilang? Siapa yang merusak hutan Indonesia? Anda lah yang merusak hutan kami. Tahun 1960-an kita belum tahu tentang buldozer, anda mendatangkan, mula-mula Amerika mendatangkan buldozer bayar sedikit 5 juta per kubik untuk babat hutan kami, rusak lah hutan. Itu jadi kursi-kursi jendela-jendela di negeri ini, saya bilang. Ini dari hutan kami, Karena itulah sekarang kalian harus bayar semuanya. Itu lah REDD atau program emisi dunia," tandasnya. (Dny/Nrm)

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya