Bulog Diramal Sulit Serap Beras Petani dengan Maksimal

Ada beberapa faktor yang membuat penyerapan beras Bulog tidak maksimal.

oleh Achmad Dwi Afriyadi diperbarui 08 Apr 2015, 10:17 WIB
Diterbitkan 08 Apr 2015, 10:17 WIB
Presiden Jokowi Blusukan ke Gudang Beras Bulog
Presiden Joko Widodo meninjau Gudang Beras Bulog, Jakarta, Rabu (25/2/2015). Presiden Jokowi memerintahkan Bulog menggelontorkan semua stok beras di gudang Bulog agar harga beras di pasaran normal kembali. (Liputan6.com/Faizal Fanani)

Liputan6.com, Jakarta - Kontak Tani Nelayan Andalan (KTNA) memprediksi Perum Bulog sulit melakukan penyerapan beras secara maksimal pada tahun ini. Ketua KTNA Winarno Tohir mengatakan tahun ini diperkirakan Bulog hanya mampu menyerap sebanyak 2 juta ton.

"Bulog dapat tapi nggak banyak diperkirakan 2 juta ton," kata dia kepada Liputan6.com, Jakarta, Rabu (8/4/2015).

Dia menerangkan ada beberapa faktor yang membuat penyerapan beras Bulog tidak maksimal. Pertama karena kenaikan harga pembelian pemerintah (HPP) gabah atau beras yang datang terlambat. Kenaikan HPP beras diberikan pemerintah untuk mendorong produktivitas petani.

"Paling bagus awal tahun walaupun belum dipakai tapi daerah lain dipakai. Januari Februari mulai turun. Sehingga awal tahun Bulog bisa menyerap. Kalau sekarang baru 18 Maret," lanjutnya.

Kedua, kenaikan HPP yang diberikan pemerintah relatif sedikit. Menurut dia, kenaikan HPP idealnya sekitar 15 persen.

Ketiga, banyaknya pemain swasta yang mampu melakukan pembelian dengan harga yang lebih tinggi. Itu membuat Bulog tidak bisa menyerap lebih banyak.

"Karena swasta akan dibuat beras premium kalau Bulog medium. Harga pembelian lebih tinggi, kalau GKP Rp 3.700 dibeli Rp 4.200 karena akan dibikin premium di atas Rp 10 ribu .Sehingga dia berani lebih mahal," katanya.

Sebelumnya Menteri Pertanian Amran Sulaiman berharap stok beras di Bulog mencapai 4 juta ton pada tahun 2015. Hal itu menimbang adanya hasil evaluasi yang menyatakan adanya penambahan lahan dari sebelumnya 8,1 juta hektar menjadi 8,7-8,8 juta hektar.

Tag Terkait

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya