Kemenperin Ingin Michelin Serap Lebih Banyak Karet RI

Saat ini baru 20 persen hasil karet petani di Indonesia yang digunakan untuk memenuhi kebutuhan industri ban.

oleh Septian Deny diperbarui 06 Mei 2015, 16:13 WIB
Diterbitkan 06 Mei 2015, 16:13 WIB
Pohon Karet
Pohon Karet (www.wakingtimes.com)

Liputan6.com, Jakarta - Kementerian Perindustrian (Kemenperin) ingin para pelaku industri untuk meningkatkan penggunaan bahan baku karet untuk pengembangan industri ban di dalam negeri.

Direktur Jenderal Basis Industri Manufaktur (BIM) Kementerian Perindustrian, Harjanto mengatakan, saat ini baru 20 persen hasil karet petani di Indonesia yang digunakan untuk memenuhi kebutuhan industri ban. Sedangkan di negara tetangga seperti Malaysia dan Thailand sudah mencapai 40 persen.

"Kalau di negara kita masih di bawah 20 persen, kalau negara lain 40 persen produksi karet untuk keperluan industri ban. Kami ingin porsinya naik menjadi 40 persen, seperti di Thailand dan Malaysia. Kami ingin sama seperti mereka, kalau bisa lebih kenapa tidak?" ujarnya di Kantor Kementerian Perindustrian, Jakarta Selatan, Rabu (6/5/2015).

Salah satu produsen ban yang diminta untuk meningkatkan penyerapan bahan baku karetnya yaitu Michelin. Saat ini 1/3 dari kebutuhan karet yang diolah perusahaan asal Perancis tersebut berasal dari Indonesia.

"Michelin ini perusahaan yang 1/3 raw material karetnya ambil dari Indonesia untuk produksinya di seluruh dunia. Pak menteri minta lebih lagi, sehingga permasalah petani karet dalam negeri bisa terserap lebih banyak lagi," lanjutnya.

Michelin sendiri sebelumnya telah berecana untuk membangun pabrik ban dengan menggandeng PT Barito Pacific Tbk. Nilai investasi pabrik ini disebut mencapai US$ 300 juta hingga US$ 400 juta. Namun hingga saat ini belum ada laporan perkembangan yang diterima pihak Kemenperin terkait rencana tersebut.

"Ke depan mereka memang punya rencana, sudah menyampaikan rencananya tetapi belum diputuskan, Rencana untuk membangun plantation di Sumatera dan Kalimantan. Tapi Pak Menteri bilang tidak perlu bangun plantation dulu, yang ada sekarang saja punya petani kenapa tidak diserap dulu rubber-nya.
Diharapkan ada ekspansi dalam waktu dekat, makanya kami tanya insentifnya apa yang diperlukan," tandas dia.


POPULER

Berita Terkini Selengkapnya