Liputan6.com, Jakarta - Laporan tenaga kerja Amerika Serikat pada April mendorong harga emas menguat di akhir pekan setelah melemah selama empat pekan terakhir.
Untuk pekan ini, sebagian besar partisipan dalam Kitco Survey memprediksi harga emas akan lebih banyak bergerak stagnan.
Melansir laman Kitco.com, Senin (11/5/2015), hasil survei yang digelar Kitco pada 21 pakar pasar emas menunjukkan, sebanyak 48 persen menilai harga emas akan bergerak netral.
Baca Juga
Sementara 19 persen partisipan menilai harga emas akan naik. Sebaliknya, 33 persen responden memandang harga emas dapat bergerak turun pekan ini.
Advertisement
Para partisipan dalam survei tersebut adalah pialang emas, bankir investasi, para pedagang emas dan analis teknikal pergerakan harga emas.
Para analis mengatakan, pasar emas pekan ini kurang memiliki arah yang jelas. Data perekonomian juga tampak tidak memberikan arah yang jelas mengenai kapan The Fed akan mulai menaikkan suku bunganya.
Head of Commodity Strategy di TD Securities, Bart Melek yakin harga emas bisa naik pekan ini. Tapi harganya masih akan bergerak di kisaran US$ 1.170 dan US$ 1.221 per ounce.
Dia menjelaskan, harga emas akan terus aktif bereaksi terhadap data. Sementara saat ini, data ekonomi yang dirilis AS cenderung mixed, ada yang positif dan negatif.
"Data ekonomi sempat menunjukkan The Fed akan menaikkan suku bunganya dalam waktu dekat, tapi kemudian ekspektasi lain muncul, kebijakan itu akan diambil pada September. Itulah mengapa harga emas akan tertahan," ktanya.
Analis lain juga masih mencari sentimen lain di luar pasar yang dapat menentukan arah pergerakan harga emas. Analis mata uang di Forexlive.com Adam Button mengatakan, dirinya tak yakin harga emas dapat naik pekan depan karena dia memprediksi adanya penguatan dolar AS.
Sementara pakar strategi pasar senior Ted Sloup menilai harga emas akan bergerak stagnan pekan ini. (Sis/Nrm)