Pertamina Butuh Tambahan Utang Buat Jalankan Usaha

Pertamina berambisi membangun 4 kilang pengolahan minyak mentah baru.

oleh Pebrianto Eko Wicaksono diperbarui 02 Jul 2015, 17:29 WIB
Diterbitkan 02 Jul 2015, 17:29 WIB
Kilang Pertamina
Kilang Pertamina (Foto: Arthur Gideon/Liputan6.com)

Liputan6.com, Jakarta - PT Pertamina (Persero) mengaku masih membutuhkan tambahan dana untuk menjalankan usaha dan melakukan ekspansi bisnis. Tambahan dana tersebut rencananya akan dilakukan dengan cara mencari pinjaman.

Direktur Utama Pertamina, Dwi Soetjipto mengatakan, total aset Pertamina mencapai US$ 50,3 miliar. Sedangkan nilai utang mencapai US$ 16,6 miliar. Perincian dari utang tersebut adalah utang jangka pendek US$ 4,9 miliar, utang jangka panjang US$ 3 miliar dan utang melalui penerbitan obligasi mencapai US$ 8,3 miliar.

"Tota utang kami US$ 16,6 miliar, debt equity ratio 33,77 persen baik untuk berkembang," kata Dwi, di Gedung DPR, Jakarta, Kamis (2/7/2015).

Ia melanjutkan, untuk menjalankan rencana kerja ke depan, Pertamina berencana untuk menambah jumlah utang tersebut. Namun, ia belum bisa mengungkapkan besaran utang yang diperlukan. " Kami mungkin butuh tambahan utang baru," tuturnya.

Dwi menyebutkan proyek yang akan dijalankan ke depan diantaranya adalah penambahan kapasitas fasilitas pengelolahan minyak mentah (kilang), sedangkan di sisi hulu Pertamina akan meningkatkaan cadangan migas.

"50 persen bahan bakar minyak kita impor. Oleh karena itu kami dorong tambahan kapasitas. Ini butuh investasi besar, posisi produksi Pertamina 23 persen dari produksi nasional. Padahal negara lain di atas 50 persen Pertamina akan meningkatkan peran di up stream," jelasnya.

Dalam kesempatan yang lain, Direktur Pengolahan Pertamina, Rachmad Hardadi mengungkapkan, Pertamina berambisi membangun 4 kilang pengolahan minyak mentah baru dalam periode beberapa tahun ke depan. Upaya ini bertujuan untuk membebaskan Indonesia dari ketergantungan impor minyak mentah dalam 7 tahun mendatang.

Menurut Rachmad, rencana pembangunan 4 kilang minyak mentah baru ini masuk dalam Research Development Master Plan (RDMP) Pertamina. Sementara di kilang minyak Balikpapan RU V akan dilakukan penambahan kapasitas produksi minyak mentah menjadi bahan bakar minyak (BBM).

"Kami sudah putuskan membangun 4 kilang baru, yakni satu unit kilang di Bontang Kalimantan Timur (Kaltim), satu unit di wilayah Barat dan dua lagi akan diputuskan kemudian," ucap dia.

Pertama, dijelaskan Rachmad, Pertamina siap membangun kilang minyak baru di Bontang pada 2017. Pemerintah sudah menyiapkan lahan seluas 600-650 hektare (ha). "Kebutuhannya cuma 400-450 ha, jadi ada kelebihan lahan," ujarnya.

Kilang minyak di Bontang, lanjutnya, akan memproduksi 300 ribu barel minyak mentah menjadi produk BBM, elpiji dan pethrochemical. Kilang minyak ini juga menjadi pemasok BBM di kawasan Timur, bersama dengan kilang minyak Balikpapan.

Kedua, Rachmad menambahkan, Pertamina bakal membangun kilang baru di wilayah Barat dan dua kilang baru yang masih dirahasikan. "Kami punya beberapa opsi lokasi potensial untuk menggarap kilang minyak baru di wilayah bagian barat. Tapi nanti, belum bisa di disclose," terang dia.

Sementara itu, Badan Usaha Milik Negara (BUMN) tersebut siap mengeksekusi perjanjian kerjasama antara Pertamina dengan Saudi Aramco dan JX Nippon Oil & Energy Jepang untuk meningkatkan kapasitas produksi kilang minyak di Balikpapan.

"Dengan strategic partner dari Jepang, kapasitas produksi kilang minyak Balikpapan naik menjadi 350 ribu barel per hari dari sebelumnya 250 ribu barel per hari. Jadi ada tambahan 100 ribu barel per hari," jelas Rachmad.

Dengan agresifitas pembangunan kilang minyak baru dan penambahan kapasitas, diakui dia, Indonesia bisa terbebas dari impor minyak mentah dalam 7 tahun mendatang. (Pew/Gdn)

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya