Liputan6.com, Jakarta - Kasus gagal bayar utang Yunani kepada para kreditor menandakan suramnya ekonomi Negeri Para Dewa itu. Kebangkrutan Yunani akan memperlambat pemulihan ekonomi Eropa dari badai krisis dan kondisi tersebut berdampak ke Indonesia.
Ekonom Utama Bank Dunia untuk Indonesia, Ndiame Diop mengungkapkan, letak geografis Yunani dan Indonesia yang cukup jauh membuat negara ini tidak terpengaruh langsung akibat gagal bayar utang Yunani.
Baca Juga
"Indonesia sangat jauh dari Yunani, saya tidak melihat risiko langsung dari Yunani ke Indonesia," tegas dia usai Laporan Indonesia Economic Quarterly di Jakarta, Rabu (8/7/2015).
Advertisement
Namun Diop mengimbau Indonesia agar waspada terhadap potensi melambatnya pemulihan ekonomi Eropa karena krisis Yunani.
"Jika krisis Yunani berlarut-larut dan berdampak pada pemulihan ekonomi kawasan Eropa yang masih sangat rapuh. Inilah risiko negara-negara berkembang di dunia karena kawasan Eropa menjadi salah satu mesin pertumbuhan ekonomi dunia," ujar Diop.
Di sisi lain, pemerintah Indonesia optimistis dapat mencapai target pertumbuhan ekonomi sebesar 5,2 persen pada 2015.
Pelaksana Tugas Badan Kebijakan Fiskal Kementerian Keuangan, Suahasil Nazara yakin realisasi pertumbuhan ekonomi Indonesia di kuartal II diproyeksi mencapai 5 persen, kuartal III sebesar 5,4 persen dan 5,7 persen di kuartal akhir 2015.
"Ada 50 prediksi pertumbuhan ekonomi Indonesia di meja saya, di antaranya dari Bank Indonesia 5 persen-5,4 persen, Bank Dunia 4,7 persen, ADB 5 persen dan OECD memproyeksikan 4,9 persen. Tapi biarkan saja, yang penting kita harus percaya diri terhadap kemampuan ekonomi kita," harap Suahasil. (Fik/Ahm)