Pertamina Butuh BBN 4,8 Juta Kl di Tahun Depan

Pertamina memproyeksikan kebutuhan BBN mencapai 4,8 juta kl.

oleh Pebrianto Eko Wicaksono diperbarui 08 Sep 2015, 20:25 WIB
Diterbitkan 08 Sep 2015, 20:25 WIB
BBN
(Foto: Antara)

Liputan6.com, Jakarta - PT Pertamina (Persero) memproyeksikan kebutuhan fatty acid methyl ester (FAME) mencapai 4,8 juta kiloliter (kl) atau setara dengan 24 juta kl biosolar dengan kandungan 20 persen pada 2016. 

Direktur Pemasaran Pertamina Ahmad Bambang mengatakan, sesuai dengan rencana pemerintah telah menargetkan peningkatan kandungan FAME pada Biosolar menjadi 20 persen atau B-20 pada 2016. Untuk itu, Pertamina memproyeksikan akan menyalurkan FAME di seluruh Indonesia yang total volumenya sekitar 4,8 juta KL.

“Untuk periode 2016, penetapan pemasok FAME akan dilakukan bersama tim gabungan yang dibentuk oleh pemerintah yang beranggotakan Direktorat Jenderal EBTKE, Badan Usaha BBM dan BPDP Sawit. Prosesnya akan dilakukan dengan lelang terbuka, di mana perusahaan-perusahaan yang terdaftar di Ditjen EBTKE dapat mengikuti proses pengadaan melalui lelang tersebut,” kata Bambang, di Jakarta, Selasa (8/9/2015).

Sementara itu, dari kesiapan sarana dan fasilitas untuk pelaksanaan mandatori, penyerapan biodiesel telah dapat dilaksanakan hampir di seluruh Terminal BBM Pertamina, dengan moda penyaluran darat dan sebagian TBBM telah juga disalurkan menggunakan moda penyaluran laut.

Sejak 2009, Pertamina telah menyalurkan FAME ke seluruh Indonesia, yang semula hanya B-7,5 (kandungan Bahan Bakar Nabati) dengan volume yang terbatas, secara bertahap tumbuh signifikan dari tahun ke tahun.

"Pada 2014, total penyaluran FAME Pertamina sebesar 1,5 juta kl atau setara dengan 13,6 juta kl Biosolar, mencakup seluruh kebutuhan FAME PSO, NPSO, dan PLN," tuturnya.

Bambang menjelaskan semula harga pembelian FAME oleh Pertamina kepada produsen mengacu pada harga indeks pasar (HIP) GasOil dengan formula yang ditetapkan pemerintah. Namun, seiring dengan turunnya harga minyak mentah dunia, harga pembelian FAME menjadi lebih murah dibandingkan HIP FAME riil, sehingga sempat menjadi kendala bagi pelaksanaan mandatory B-15 yang ditetapkan pemerintah untuk tahun ini.

“Peraturan Presiden No.61 tahun 2015 telah mengamanatkan pembentukan Badan Pengelola Dana Perkebunan Sawit yang berperan membayar selisih antara harga beli Pertamina dengan HIP FAME," tuturnya.

Menurutnya, regulasi baru tersebut telah menjadi solusi terbaik dan mendatangkan manfaat bagi semua pihak yang dibuktikan dengan pasokan FAME dari produsen berjalan cukup lancar saat ini.

Dengan mandatory B-15, Pertamina memproyeksikan hingga akhir tahun dapat menyalurkan FAME sebanyak 830 ribu kl atau setara dengan 5,5 juta kl Biosolar. FAME tersebut akan didistribusikan ke seluruh Indonesia melalui 31 kota utama. (Pew/Ndw)

Tag Terkait

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya