Bank Mandiri: BI Rate Seharusnya Turun

Bank Indonesia dinilai alami dilema untuk menurunkan suku bunga mengingat isu berkembang terkait depresiasi mata uang di dunia.

oleh Fiki Ariyanti diperbarui 11 Sep 2015, 17:40 WIB
Diterbitkan 11 Sep 2015, 17:40 WIB
Ilustrasi Bank Indonesia
Ilustrasi Bank Indonesia (Liputan6.com/Johan Fatzry)

Liputan6.com, Malang - Pelaku usaha di sektor perbankan menilai indikator makro ekonomi dan perbankan sepanjang Januari-Juni 2015 bergerak cukup baik. Seharusnya realisasi kinerja ini bisa menjadi bahan pertimbangan bagi Bank Indonesia (BI) untuk menurunkan tingkat suku bunga (BI Rate).

Direktur Finance and Strategy PT Bank Mandiri Tbk, Kartika Wirjoatmodjo menyebut kinerja makro ekonomi Indonesia dari sisi inflasi pada semester I 2015 terkendali dengan pencapaian 7,26 persen year on year (YoY). Dia optimistis, inflasi akan mencapai 4 persen lebih atau sesuai target di akhir tahun ini.

"Sedangkan indikator perbankan, seperti pertumbuhan kredit melambat dengan realisasi 10,4 persen di akhir Juni 2015 dan likuiditas longgar. Jadi kalau lihat faktor domestiknya, suku bunga (BI Rate) harusnya turun," ujar dia saat ditemui dalam Diskusi Media Training di Malang, Jumat (11/9/2015).

Tiko begitu panggilan akrabnya, mengaku, BI dilema untuk menurunkan suku bunga acuan karena isu yang berkembang saat ini adalah depresiasi hampir seluruh mata uang di dunia terhadap dolar Amerika Serikat (AS).   Per 8 September 2015 (year to date), depresiasi kurs rupiah mencapai 15,3 persen atau masih jauh lebih baik dibandingkan mata uang Brazil, Turki, Malaysia dan Rusia yang masing-masing terkoreksi 41,3 persen, 29,5 persen, 23,9 persen dan 16,7 persen.

"Ini isunya currency. Jika suplai dan permintaan tidak seimbang, apalagi dengan tekanan The Fed menaikkan suku bunga acuan (Fed Fund Rate), maka menjadi dilema buat BI. Kasihan Pak Agus (Gubernur BI) dan Pak Mirza (Deputi Gubernur Senior BI) mikirin terus," papar dia.

Sambungnya, dilema terjadi apabila penguatan dolar AS semakin tinggi dan Fed Fund Rate naik, maka memungkinkan bagi BI justru menaikkan suku bunga. Tiko enggan memperkirakan berapa kenaikan maupun penurunan BI Rate bila ada peluang tersebut. (Fik/Ahm)

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya