Gara-gara Hal Ini, Presiden Jokowi Malu dengan Malaysia

Presiden Jokowi kembali mengingatkan kepada jajarannya untuk lebih berani dalam mengambil keputusan.

oleh Ilyas Istianur Praditya diperbarui 29 Sep 2015, 17:20 WIB
Diterbitkan 29 Sep 2015, 17:20 WIB
Ilustrasi Investasi
Ilustrasi Investasi (Liputan6.com/Johan Fatzry)

Liputan6.com, Jakarta - Presiden RI Joko Widodo mengumpulkan sejumlah menteri ekonomi dan kepala lembaga di Istana Kepresidenan, Jakarta pada Selasa (29/9/2015) siang ini untuk menggelar rapat terbatas mengenai Foreign Direct Investment (FDI) dan kemudahan berinvestasi di Indonesia.

Dalam pidato pembukannya, Jokowi bercerita dimana dirinya malu kepada Malaysia dan Singapura gara-gara kemudahan berusaha di Indonesia. Dia mengaku, prosedur dalam membuka usaha baru di Indonesia terlalu panjang.

"Sebagai informasi di ASEAN, dalam memulai usaha rangking kita nomor 6, jauh. Prosedur yang harus dilalui masih 10 prosedur. Singapura dan Malaysia hanya 3, berarti 70 persen harus hilang. Waktu yang dibutuhkan mulai usaha masih 52,5 hari. Bandingkan Singapura 2,5 hari, Malaysia itu 5,5 hari. Coba dicatat, malu kita‎," kata Jokowi di Istana Kepresidenan, Jakarta, Selasa (29/9/2015).

Untuk itu, Jokowi meminta kepada seluruh pihak yang terkait mengenai perizinan tersebut untuk mendata dan merumuskan hal-hal apa saja yang dapat dipersingkat lagi. Dengan begitu, dinilai akan signifikan dalam mendatangkan investor luar negeri.

Jokowi juga kembali mengingatkan kepada jajarannya untuk lebih berani dalam mengambil keputusan, terlebih keputusan untuk melakukan mutasi di pejabat kementerian yang terbukti menghambat kemudahan dalam berinvestasi tersebut.

"Kemarin sudah saya sampaikan kalau dari pimpinan kementerian tidak kuat kendalikan bawahannya, eselon 1 eselon 2, apalagi terbawa arus bawahannya, sudah lupakan mengenai ini, kalau tidak punya keberanian lakukan terbosan ini, sudah lupakan," tegas Jokowi.

Namun sebenarnya, investasi asing ke Indonesia cukup bagus pada 2014 lalu. World Investment Report 2015 yang dirilis oleh Konferensi Perdagangan dan Pembangunan PBB (UNCTAD) mencatat pertumbuhan investasi asing atau foreign direct investment (FDI) ke Indonesia sepanjang 2014 menjadi yang tertinggi di ASEAN.

Sekretaris Jenderal PBB, Ban Ki-moon menuturkan, arus masuk FDI ke Indonesia meningkat 20 persen atau mencapai US$ 23 miliar berkat naiknya investasi ekuitas secara signifikan. Sementara Singapura, penerima FDI yang dominan di Asia Tenggara hanya mengalami peningkatan sebesar 4 persen.

"Arus masuk FDI ke Indonesia meningkat 20 persen hingga US$ 23 miliar berkat naiknya investasi ekuitas secara signifikan. Sementara Singapura hanya naik 4 persen ke angka US$ 6 miliar," ujarnya.

Sementara performa negara Asia Tenggara lainnya sangat variatif. Misal, Vietnam yang menjadi lokasi penting bagi perusahaan asing di Asia Tenggara untuk produksi berbiaya rendah, meraih peningkatan FDI sebesar 3 persen ke US$ 9,2 miliar pada tahun lalu.

"Karena keunggulan biaya dan efisiensi, terdapat kenaikan arus FDI bidang manufaktur ke negara berpenghasilan rendah di ASEAN. Hal ini seringkali dipicu oleh proyek besar, seperti investasi senilai US$ 600 juta oleh Grup Taekwang and Huchems di Myanmar," kata dia (Yas/Gdn‎)

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya