Menilik Proyek Kereta Cepat Jakarta-Bandung

Proyek kereta cepat Jakarta-Bandung ditargetkan beroperasi pada 2019.

oleh Nurseffi Dwi Wahyuni diperbarui 21 Jan 2016, 20:01 WIB
Diterbitkan 21 Jan 2016, 20:01 WIB
Kereta cepat
Kereta cepat yang dikelola China Railway Corporation. (Liputan6.com/Isna Setyanova)

Liputan6.com, Jakarta Presiden Joko Widodo (Jokowi) menghadiri groundbreaking proyek kereta cepat (high speed railway/HSR) kerjasama Indonesia-China serta pengembangan Sentra Ekonomi Koridor Jakarta-Bandung di Perkebunan Mandalawangi Maswati, Cikalong Wetan, Kabupaten Bandung Barat, Kamis (21/1/2015)

Turut hadir dalam acara ini antara lain Menteri BUMN Rini Soemarno, Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat Basuki Hadimuljono, para menteri Kabinet Kerja, Duta Besar Republik Rakyat Tiongkok, Gubernur Provinsi Jawa Barat Ahmad Heryawan, dan Muspida Provinsi Jawa Barat.

Tak hanya itu, para direksi BUMN, yaitu PT Wijaya Karya Tbk (WIKA), PT Kereta Api Indonesia (Persero) (KAI), PT Jasa Marga (Persero) Tbk (JMSE), PTPN VIII, serta direksi dan anggota Konsorsium Kereta Cepat Indonesia (KCIC) juga ikut hadir dalam acara ini.

"Ini adalah kerjasama besar antara pemerintah Indonesia dan pemerintah China yang akhir 2014 terus menerus dibicarakan tapi hampir setahun naik turun. Akhirnya Alhamdulillah bisa dimulai hari ini, peletakan batu pertama pembangunan kereta cepat Jakarta-Bandung," kata Jokowi saat peresmian.

Menurut Jokowi, saat ini adalah era kompetisi. Negara yang mampu mempercepat pembangunan infrastruktur dan konektifitasnya bisa meningkatkan daya saing negara tersebut.

‎"Oleh sebab itu, kereta cepat adalah salah satunya untuk menuju pada kecepatan yang saya sampaikan. Kecepatan mobilitas barang dan orang nantinya akan mendorong memenangkan persaingan antar negara," tegas Jokowi.

Direktur Utama WIKA Bintang Perbowo menjelaskan proyek kereta cepat kerjasama Indonesia-China serta pengembangan Sentra Ekonomi Koridor Jakarta-Bandung ini merupakan tindak lanjut dari dikeluarkannya Peraturan Presiden (Perpres) No. 107/2015 tentang Percepatan Penyelenggaraan Prasarana dan Sarana Kereta Api Cepat antara Jakarta dan Bandung pada 6 Oktober 2015.

Adalah PT Kereta Cepat Indonesia China (KCIC), konsorsium gabungan antara PT Pilar Sinergi BUMN Indonesia dan China Railway International Co. Ltd., yang mendapat mandat untuk membangun dan melaksanakan proyek penyelenggaraan jasa kereta cepat trase Jakarta-Bandung.

Kepemilikan saham KCIC dapat dirinci, yaitu 40 persen dimiliki oleh China Railway International Co. Ltd., sementara 60 persen dimiliki PSBI yang merupakan gabungan dari WIKA dengan komposisi penyertaan saham 38 persen, KAI 25 persen, PTPN VIII 25 persen, dan JSMR 12 persen.

Beroperasi 2019

PT Kereta Cepat Indonesia China menargetkan proyek kereta cepat Jakarta-Bandung akan beroperasi pada 2019. "Proyek ini rencananya berlangsung selama 36 bulan kalender kerja untuk pekerjaan kontruksi hingga akhir 2018 dan diharapkan dapat beroperasi pada 2019," kata Bintang.

Adapun lingkup pekerjaan WIKA dalam konsorsium adalah pekerjaan struktur, arsitektur, mekanikal & elektrikal serta lanskap.

Kereta cepat Jakarta-Bandung akan menghubungkan empat stasiun, yaitu Halim, Karawang, Walini dan Tegalluar (tidak jauh dari kawasan Gedebage) yang nantinya akan menjadi pusat Pemerintahan Kota Bandung sepanjang 140,9 kilometer (km).

Kereta cepat akan beroperasi selama 18 jam setiap harinya," tutur dia.

Pasokan listrik yang akan dibutuhkan untuk mengoperasikan kereta cepat tersebut adalah sekitar 75-100 megawatt (MW). Oleh karena itu, PT Kereta Cepat Indonesia China akan bekerjasama dengan PT PLN (Persero).

"Direncanakan dalam jangka panjang akan membangun pembangkit sendiri untuk memastikan tidak ada gangguan pasokan listrik saat kereta beroperasi," ungkapnya.

Kawasan bisnis internasional

Megaproyek kereta cepat Jakarta-Bandung bakal menggerakkan ekonomi daerah sekitar, terutama yang dilewati jalur kereta ini. Salah satunya kota Walini yang bakal dikembangkan kawasan kota baru dan sentra bisnis.

Walini yang terletak di kawasan Bandung Barat dilewati jalur kereta yang beroperasi di 2019 ini. Rencananya, di wilayah ini bakal dibangun kawasan bisnis internasional.

Kota baru Walini tersebut bakal dibangun MICE, kawasan kesehatan, pusat penelitian dan pengembangan yang mengikutsertakan UKM.

Kereta ini akan melaju dari Jakarta hingga Bandung atau sebaliknya dengan melintasi 4 stasiun. Salah satu stasiunnya adalah di kota baru Walini.

Kereta yang dibangun oelh Konsorsium BUMN dan China ini memang direncanakan bakal terintegrasi dengan pengembangan kawasan pada lokasi persinggahan (transit oriented development/TOD) sepanjang koridor rute kereta cepat tersebut.

"Melalui TOD, pemda dalam hal ini provinsi, kabupaten dan kota di Jawa Barat uang dilewati jalur kereta dapat mengembangkan wilayah pertumbuhan dengan infrastruktur yang memadai," ujar Bintang.

Pembangunan infrastruktur ini dijelaskan Bintang akan menjadi peluang bisnis juga bagi BUMN, khususnya anggota konsorsium untuk mengembangkan berbagai proyek yang akan berdampak positif bagi perusahaan.

"Ini adalah kesempatan emas bagi BUMN," jelasnya.

Dana APBN

Pembangunan mega proyek kereta cepat Jakarta-Bandung‎ resmi dimulai pada hari ini. Proyek ini realisasi dari kerjasama antara pemerintah Indonesia dengan China.

Dalam sambutannya, di depan para kontraktor asal China, Jokowi menjelaskan alasan tak mau melibatkan APBN dalam konstruksi proyek senilai lebih dari Rp 70 triliun.

"Kenapa saya tidak mau kereta cepat pakai APBN, dan tanpa jaminan pemerintah. Karena APBN akan kita titikberatkan kepada pembangunan infrastruktur di luar Jawa," papar Jokowi.

Jokowi mengakui, saat ini pola pembangunan di Indonesia masih bersifat Jawa Sentris, di mana pusat pembangunan dan pusat perekonomian selalu dilakukan di Pulau Jawa.

Tidak ingin meneruskan budaya itu, Jokowi mengatakan kepada para kontraktor ingin mengubah dari Jawa Sentris menjadi Indonesia Sentris.

"Anggarannya akan kita dorong untuk pembangunan infrastruktur di luar Jawa, baik berupa jalan tol, kereta api, kereta api cepat, ini yang akan terus kita dorong," tegas dia.

Model pendanaan dalam pembangunan kereta cepat ini dikatakan Jokowi sebagai bukti bahwa proyek skala besar bisa menggunakan skema business to business. Diharapkan skema yang sama dapat diterapkan di sebagian besar proyek yang ada di Pulau Jawa.

"Untuk daerah yang lebih maju nantinya akan dipecayakan kepada pola investasi BUMN. Saya juga mendorong BUMN yang saat ini memiliki aset lebih dari Rp 5.000 triliun untuk saling bekerjasama, saling sinergi mempercepat pembangunan baik di jawa atau luar jawa," paparnya.

Kerjasama lain

Selain pembangunan kereta cepat, ternyata Indonesia dan China juga tengah bekerjasama dalam pembangunan pabrik alumunium grade alumina di Mempawah, Kalimantan Barat.

"Yang saat ini sedang dalam proses pembangunan proses aluminium grade alumina di Mentawah, karena itu salah satu bahan baku yang nanti akan dipakai untuk gerbong kereta," kata Menteri BUMN Rini Soemarno.

Rini menambahkan pabrik ini nantinya tidak hanya bisa memproduksi bahan kereta cepat, melainkan juga bisa digunakan untuk bahan baku gerbong kereta ringan yang saat ini dibangun oleh PT INKA (Persero).

Dengan adanya pabrik ini, nantinya akan meningkatkan kemandirian bangsa dan peningkatan penggunaan lokal content dalam pembangunan‎ proyek kereta api di berbagai pulau di Indonesia.

"Kalau grade alumina itu investasinya sekitar US$ 1,6 miliar, itu juga melibatkan Antam," tegas Rini. (Ndw/Ahm)
‎

Tag Terkait

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya