Liputan6.com, Jakarta - Badan Pengelola Dana Perkebunan (BPDP) Sawit menyatakan dengan harga minyak dunia menurun membuat subsidi yang dibutuhkan untuk menjalankan program campuran minyak sawit ke Bahan Bakar Minyak (BBM) solar bertambah besar.
Direktur BPDP Bayu Krisnamurthi mengungkapkan, program biodiesel sangat tergantung pada ketersediaan dan kecukupan dana sawit untuk menopang harga antara minyak sawit dan harga minyak yang saat ini semakin rendah.
Baca Juga
"Semakin besar perbedaan harga minyak sawit, dan harga minyak, maka semakin besar dana yang dibutuhkan agar program pencampuran minyak sawit pada solar tetap berjalan,"‎ kata Bayu, di Kantor BPDP, Jakarta, Kamis (21/1/2016).
Advertisement
Baca Juga
Bayu menuturkan, setiap penurunan harga US$ 1 per barel minyak dunia maka dibutuhkan dana tambahan sekitar Rp 350 miliar. Setiap kenaikan harga minyak sawit US$ 1 per ton membutuhkan dana sekitar Rp 38 miliar.
‎
"Kami sudah buat simulasi, jika harga minyak US$ 40 per barel dan harga CPO US$ 500 per ton, maka dibutuhkan dana sekitar Rp 9,5 triliun dan jika harga minyak US$ 20 per barel dan harga CPO tetap US$ 500 per ton, maka dibutuhkan dana sekitar Rp 16,5 triliun," tutur Bayu.
‎
Sedangkan perkiraan dana sawit yang dapat dihimpun mencapai Rp 9,5 triliun pada 2016. Bayu menuturkan, dengan perhitungan tersebut ketersediaan dana sawit cukup aman untuk menopang campuran ‎minyak sawit (biodiesel) sebesar 20 persen dalam solar (B20) ‎sampai 10 bulan ke depan. Dengan B20, ditargetkan dapat menyerap 6,93 juta Kilo Liter (KL) biodiesel.
‎
Bayu menegaskan jika dana tersebut tidak cukup, pihaknya sudah menemukan solusi agar program yang bertujuan untuk mengurangi impor BBM tersebut dapat terus berjalan. Namun ia belum bisa memaparkan solusinya.
‎
"B20 tetap jalan, akan jalan. Kami mencari solusinya. Ada alternatif support dananya nanti kami akan sampaikan jelas mengurang B20 bukan solusi," tutur Bayu. (Pew/Ahm)