BI: Rupiah Terlalu Kuat Bisa Membuat Ekonomi Rentan

BI tidak berkeinginan agar nilai tukar rupiah mengalami penguatan terlalu tajam.

oleh Vina A Muliana diperbarui 22 Mar 2016, 20:49 WIB
Diterbitkan 22 Mar 2016, 20:49 WIB
20151229-Transaksi-Rupiah-AY
Teller menghitung uang rupiah di Bank Bukopin Syariah, Jakarta, Selasa (29/12). Rupiah kembali melemah, di tengah sepinya transaksi jelang libur Tahun Baru Hingga akhir pekan, pergerakan rupiah diperkirakan masih terbatas. (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Liputan6.com, Jakarta - Bank Indonesia (BI) terus memberikan kesempatan bagi nilai tukar rupiah bergerak secara fleksibel terhadap dolar Amerika Serikat (USD). Namun demikian, BI tidak berkeinginan agar nilai tukar rupiah mengalami penguatan terlalu tajam. 

Hal ini disampaikan Gubernur Bank Indonesia Agus Martowardojo. Ia mengingatkan agar penguatan rupiah harus dicermati. Kenaikan secara tajam yang tidak sesuai dengan nilai fundamental justru berpotensi membuat ekonomi rentan. 

“Kalau mata uang rupiah terlalu kuat, di luar fundamentalnya, pasti akan membuat ketidakcapaian ekuilibrium dan akhirnya membuat ekonomi Indonesia rentan,” kata Agus usai menghadiri Indonesia Investment Forum di Hotel Mandarin, Jakarta, Selasa, (22/3/2016). 

Menurut Agus, posisi rupiah di level Rp 13.000-13.100 per dolar AS sudah mencerminkan fundamental ekonomi Indonesia. Hal ini berarti meskipun ada penguatan namun tetap masih kompetitif untuk mendorong ekspor. "Sekarang kita meyakini nilai tukar Indonesia mencerminkan fundamental," ungkap dia.

Agus memastikan, Bank Indonesia akan terus menjaga kestabilan nilai tukar rupiah. BI pun siap untuk mengambil langkah intervensi bila diperlukan demi menjaga terjadinya tekanan ekonomi. 

"Kita meyakini nilai tukar rupiah kita harus mencerminkan fundamental ekonomi, dan komitmen kita untuk memberikan kesempatan rupiah fleksibel di level fundamentalnya itu bentuk kita untuk menjaga, menghindari terjadinya tekanan berlebihan ke stabilitas ekonomi kita," tutup dia.(vna/nrm)

 

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya