Harga Minyak Bertahan di Atas US$ 50 per Barel

Pedagang fokus pada gangguan produksi yang secara signifikan dapat mengganggu pasokan minyak global pada akhir tahun ini.

oleh Nurmayanti diperbarui 09 Jun 2016, 05:01 WIB
Diterbitkan 09 Jun 2016, 05:01 WIB
Ilustrasi Harga Minyak Naik
Ilustrasi Harga Minyak Naik (Liputan6.com/Sangaji)

Liputan6.com, New York - Harga minyak Amerika Serikat (AS) naik ke posisi tertinggi dalam 10 bulan. Ini akibat para pedagang fokus pada gangguan produksi yang secara signifikan dapat mengganggu pasokan minyak global pada akhir tahun ini.

Melansir laman Wall Street Journal, Kamis (9/6/2016), harga minyak mentah AS untuk pengiriman Juli naik 87 sen atau 1,7 persen menjadi US$ 51,23 per barel di New York Mercantile Exchange. Harga ini merupakan yang tertinggi sejak 15 Juli tahun lalu.

Sementara harga minyak mentah Brent, yang menjadi patokan global, naik US$ 1,07 atau 2,1 persen menjadi US$ 52,51 per barel di ICE Futures Europe. Ini juga menjadi penutupan tertinggi sejak 9 Oktober. Kedua harga minyak naik lebih dari 5 persen beruntun tiga sesi.


Harga minyak mentah telah naik hampir dua kali lipat sejak mencapai posisi terendah dalam satu dekade pada musim dingin sebelumnya, akibat gangguan produksi di seluruh dunia yang mengekang kelebihan pasokan dan mendorong penurunan harga yang terjadi dalam dua tahun.

Banyak analis yang mengatakan data persediaan minyak terbaru dari pemerintah AS menunjukkan tingkat yang sehat secara nasional. Produksi minyak mentah AS meningkat untuk pertama kalinya dalam 13 minggu.

"Namun, kenaikan ini masih terbilang kecil dibandingkan dengan gangguan pasokan baru-baru ini yang terjadi di Afrika dan Kanada," kata Bart Melek, Kepala Strategi Komoditas TD Securities di Toronto.

"Anda dapat mengatakan bahwa pasar menyeimbangkan sedikit lebih cepat dari yang diharapkan," dia menambahkan. Memang kekhawatiran tentang Nigeria pada khususnya telah mendorong penguatan harga minyak.

Di mana, kelompok militan Delta Niger Avengers bersumpah untuk mengganggu operasi minyak negara itu. Beberapa serangan terhadap jaringan pipa utama dan fasilitas telah mengurangi produksi minyak harian Nigeria menjadi sekitar 1 juta barel.

Data dari China juga menunjukkan impor minyak menguat pada Mei. China adalah dunia konsumen minyak terbesar kedua dan berita tentang ekonomi negara ini sering menggoyang pasar.

Tag Terkait

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya