Liputan6.com, Jakarta - PT Wijaya Karya Tbk (WIKA) menargetkan pembangunan fisik (konstruksi) kereta cepat Jakarta-Bandung sepanjang 250 Kilometer (Km) akan rampung minimal 10 persen hingga akhir 2016. Proyek senilai US$ 5,5 miliar akan dibukukan dalam kontrak perusahaan yang ditargetkan mencapai Rp 50 triliun pada tahun ini.
Direktur Utama WIKA, Bintang Perbowo mengungkapkan, dari Penyertaan Modal Negara (PMN) senilai Rp 4 triliun dan rencana penerbitan saham baru (rights issue) sebesar Rp 2,1 triliun, perseroan menargetkan pertumbuhan kontrak lebih dari 30 persen pada 2017.
Baca Juga
"Tahun ini, target pertumbuhan kontrak 25 persen dari realisasi 2015. Sampai Juni 2016, nilai kontrak baru yang sudah dikantongi Rp 15 triliun atau tumbuh 30 persen dari periode yang sama tahun lalu," jelas dia usai Rakor Privatisasi BUMN di kantor Kemenko Bidang Perekonomian, Jakarta, Selasa (12/7/2016).
Advertisement
Target sampai akhir tahun ini, kata Bintang, mencapai Rp 50 triliun. Dia optimistis dapat meraih nilai kontrak tersebut dengan tambahan kontrak proyek kereta cepat atau High Speed Railways (HSR) rute Jakarta-Bandung.
"Target nilai kontrak Rp 50 triliun di 2016. Bisa dicapai, karena akhir bulan ini, tambah lagi Rp 15 triliun. HSR masuk ke situ, karena proyek tersebut sudah mulai berjalan," terangnya.
Dia mengaku, proyek pembangunan atau konstruksi kereta cepat sudah mulai ada kemajuan. Tak hanya izin 5 km yang telah rampung, tapi ada lagi izin pembangunan rel yang baru saja dikeluarkan Kementerian Perhubungan untuk sepanjang 53 Km.
"Izin (bangun rel) sudah keluar bulan lalu sepanjang 53 Km. Jadi sampai akhir tahun ini, mudah-mudahan 10 persen pembangunan fisik bisa terwujud," jelas Bintang.
Wijaya Karya merupakan satu dari empat BUMN yang menjalin konsorsium dengan PT Perkebunan Nusantara VIII (PTPN), PT Jasa Marga Tbk, dan PT Kereta Api Indonesia (KAI) bersama BUMN China. Konsorsium BUMN ini membentuk perusahaan patungan PT Kereta Cepat Indonesia China (KCIC).
Bintang menargetkan, finalisasi pendanaan (financial closing) kereta cepat dari China Development Bank (CDB) paling cepat Juli, atau paling lambat Agustus. Selama proses ini, WIKA akan menggunakan pendanaan pembangunan proyek dari modal sendiri.
"Target financial closing Juli atau Agustus. Kita masih punya equity sebesar 25 persen, jadi pakai itu dulu," paparnya.
Di sisi lain, dia berharap ada dana repatriasi tax amnesty masuk membiayai proyek kereta cepat dalam bentuk pinjaman. "Kalau investor mau masukkan uang (tax amnesty) ke proyek ini bisa. Tapi nanti kita lihat murah atau tidak pinjamannya untuk jangka waktu panjang," pungkas Bintang.