Liputan6.com, Jakarta - Kementerian Energi Sumber Daya Mineral (ESDM) menyatakan pencaplokan saham PT Newmont Nusa Tenggara (NNT) belum sah, jika belum mengajukan laporan resmi dan mendapat persetujuan pemerintah.
Direktur Jenderal Mineral dan Batubara (Minerba) Kementerian ESDM, Bambang Gatot mengatakan, pihak Newmont Nusa Tenggara (NNT) sebagai yang berkontrak dengan Pemerintah, harus melaporkan secara resmi tentang pencaplokan sahamnya oleh PT Medco Energi Internasional Tbk (Medco Energi) ke Pemerintah Indonesia.
Bambang menuturkan, sampai saat ini Pemerintah Indonesia belum mendapatkan laporan resmi terkait pencaplokan 82,2 persen saham Newmont Nusa Tenggara.
‎"Belum disampaikan kepada pemerintah secara formal tetapi mereka sudah memberitahukan," kata Bambang, di Kantor Kementerian ESDM, Jakarta, Senin (18/7/2016).
Baca Juga
Bambang menilai, pencaplokan saham tersebut belum sah lantaran Newmont dan Medco harus melaporkan hal tersebut dan mendapat persetujuan pemerintah.
‎"Mereka harus mendapatkan persetujuan pemerintah kemudian baru sah sebagai pemegang saham baru," ujar Bambang.
PT Medco Energi Internasional Tbk (Medco Energi) mengakuisisi saham PT Amman Mineral Internasional (AMI) yang mengendalikan 82,2 persen dari PT Newmont Nusa Tenggara (NNT) senilai US$ 2,6 miliar atau mencapai Rp 34,27 triliun (asumsi kurs Rp 13.180 per dolar Amerika Serikat).
Presiden Direktur Medco Energi Hilmi Panigoro menuturkan, kesepakatan tersebut merupakan transaksi structured finance terbesar di Asia Tenggara pada 2016. Ia menuturkan, transaksi ini secara langsung memberikan nilai tambah strategis terhadap Medco Energi mengingat operasi NNT yang berskala dunia.
Medco Energi Group dan AP Investment bekerja sama mengakuisisi saham di AMI dengan dukungan dari tiga bank BUMN yaitu Bank Mandiri, BNI dan BRI dengan struktur transaksi berkelas dunia dan unik bagi perbankan Indonesia.
"Saya bangga menyaksikan dan belajar langsung dari bankir-bankir terbaik Indonesia. Struktur transaksi berkelas dunia yang diterapkan tiga bank BUMN di sini diharapkan dapat menciptakan lebih banyak transaksi yang sama strategis di kemudian hari," tutur Hilmi. (Pew/Ahm)
Advertisement