Liputan6.com, Jakarta - Menteri Energi Sumber Daya Mineral (ESDM)Â Arcandra Tahar tidak ingin sektor minyak dan gas (migas) Indonesia punah seperti dinosaurus. Karena itu harus mengatur siasat untuk bertahan.
Tahar mengatakan, ‎saat ini era migas Indonesia yang terletak pada wilayah mudah diakses dengan infrastruktur memadai telah berakhir. Karena cadangan migas Indonesia di wilayah tersebut sudah menipis, sehingga perlu beralih ke wilayah sulit.
"Sekarang adalah era marginal fields, offshore termasuk laut dalam, tight and shale oil/gas dan EOR. Era baru ini diperparah oleh lokasi yang terpencil dan infrastruktur yang minim," kata Tahar, di Kantor Kementerian ESDM, Jakarta, Rabu (27/7/2016).
Tahar melanjutkan, tantangan pada era baru migas tersebut sangat berat. Ditambah dengan terus produksi minyak yang menurun dan rasio penggantian cadangan minyak yang rendah.
Baca Juga
Advertisement
"Produksi nasional kita yang terus menurun dan Reserve Replacement Ratio yang juga rendah, menjadi salah satu pertanda bahwa kita belum siap untuk menjadi bagian dari era baru," tutur Tahar.
‎Meski begitu, menurut Tahar Indonesia tidak boleh kehilangan harapan. Hal tersebut harus dijalani dengan berbagai macam cara untuk bertahan dengan segala kondisi.
Ia mencontohkan, dinosaurus yang kuat dan besar punah bukan karena kurang kuat dan besar,tetapi karena kehilangan harapan untuk bersaing.
"Konon katanya, dinosaurus kuat dan besar punah bukan karena kurang kuat dan besar tapi karena kehilangan harapan untuk berkompetisi dengan adanya sebuah perubahan yang terjadi pada masa itu. Sehingga yang kecil dan lincah bisa mengalahkan yang besar," ujar dia.
Tidak hanya pada sektor migas, tetapi juga pada sektor energi lainnya, yaitu Energi Baru Terbarukan, Mineral dan Batubara dan kelistrikan.
Arcandra Taharmenyebutkan tiga jurus sebagai tumpuan utama yaitu membuat proses efisien transparan.
Kedua, sumber daya manusia kompeten yang ditunjang dengan pengetahuan kemampuan dan pengalaman. Ketiga, memanfaatkan teknologi yang tepat guna dan tepat sasaran sehingga bisnis proses sisi profit yang dibangun bisa lebih efektif dan efisien.
"Kementerian ESDM harus bisa jadi pioner, bisa belajar menerima teknologi baru," tutur Tahar. (Pew/Ahm)