Liputan6.com, New York - Harga minyak dunia naik sekitar dua persen sehingga mendorong kenaikan terbesar secara minggu sejak April. Komentar menteri energi Arab Saudi yang akan membantu stabilkan pasar menjadi katalis positif.
Harga minyak mentah berjangka jenis Brent naik 93 sen ke level US$ 56,97 per barel usai level tertinggi US$ 47,05, dan level itu tertinggi lebih dari tiga pekan.
Harga minyak mentah AS ditutup naik US$ 1 ke level US$ 44,49 usai sentuh level tertinggi sejak 22 Juli di kisaran US$ 44,60 per barel. Secara mingguan, harga minyak dunia naik 6 persen, dan terbesar sejak akhir April 2016.
Sebelumnya harga minyak dunia hampir melonjak hampir 5 persen setelah menteri energi Arab Saudi menyatakan produsen minyak akan membahas kemungkinan tindakan untuk menstabil harga minyak selama pertemuan bulan depan di Aljazair.
Advertisement
Baca Juga
Hal itu memicu pergerakan harga minyak dalam jangka pendek. Sejumlah pelaku pasar ragu ada kesepakatan untuk menurunkan produksi.
"Meski kami melihat ada kesepakatan, namun tidak realistis. Akan tetapi itu meredam kekhawatiran kelanjutan dari perang harga di antara negara OPEC," kata analis Commerzbank, seperti dikutip dari laman Reuters, Sabtu (13/8/2016).
Harga minyak telah pulih sejak harga minyak mentah AS turun di bawah US$ 40 pada pekan lalu. Namun harga minyak masih turun 12 persen dari level tertinggi pada Juni seiring kilang dan produksi yang melebihi konsumsi di pasar.
"Meski terjadi kenaikan baru-baru ini, kami percaya pasar minyak tetap jenuh jual," ujar Analis RBC Capital Markets.
Sebelumnya Iran memangkas harga jual minyak pada September untuk perdagangan ke Asia sekitar US$ 1,3 per barel. Hal ini menunjukkan kalau eksportir bersedia menerima diskon sebagai imbalan untuk pangsa pasar. (Ahm/Ndw)