Menperin: Bogor Bisa Jadi Kota Termacet di Dunia

Bogor dinobatkan sebagai kota lalu lintas terburuk kedua di dunia versi aplikasi Waze.

oleh Fiki Ariyanti diperbarui 20 Sep 2016, 16:05 WIB
Diterbitkan 20 Sep 2016, 16:05 WIB
 Bogor dinobatkan sebagai kota lalu lintas terburuk kedua di dunia versi aplikasi Waze.
Bogor dinobatkan sebagai kota lalu lintas terburuk kedua di dunia versi aplikasi Waze.

Liputan6.com, Jakarta - Menteri Perindustrian (Menperin) Airlangga Hartanto memprediksi Bogor berpotensi menjadi kota paling macet di dunia jika maraknya pengembangan industri padat karya di Jawa Barat (Jabar) Bagian Selatan tidak diiringi pembangunan infrastruktur. Saat ini, Bogor sudah dinobatkan sebagai kota lalu lintas terburuk kedua di dunia versi aplikasi Waze.

Hal ini disampaikan Menperin Airlangga saat menghadiri Rakornas Bidang Perindustrian dan Bidang Perdagangan Kadin Indonesia di Hotel Bidakara, Jakarta, Selasa (20/9/2016).

Pemerintah tengah mendorong peningkatan konsumsi masyarakat dan penciptaan lapangan kerja dengan mengembangkan sektor industri padat karya. Dalam industri ini, Airlangga bilang, Indonesia masih memiliki daya saing dengan negara lain.

"Industri padat karya, seperti elektronik, tekstil, garmen, sektor aneka, alas kaki, serta usaha kecil dan menengah (UKM), kita masih punya daya saing," terang Airlangga.

Pengembangan sektor industri padat karya, katanya, harus didorong di kawasan yang tepat. Lebih jauh dijelaskan Airlangga, industri padat karya kini secara alami bergeser dari Jabar bagian utara menuju Jabar bagian selatan dan kemudian merambah ke Jawa Tengah, sehingga perlu dibuat kawasan industri di Provinsi tersebut.

"Tadi saya bicara dengan Gubernur Jabar, perlu mendorong infrastruktur di Jabar bagian selatan. Kalau tidak terbentuk infrastrukturnya, Bogor yang menjadi pusat dari wilayah bagian tersebut bukan hanya menjadi kota paling macet nomor dua di dunia, tapi bisa nomor satu di dunia dan di planet ini. Jadi harus ada terobosan," paparnya.

Tutur Airlangga, kawasan industri lain yang sudah siap menerima masuknya investasi di Sumatra, yakni Dumai untuk industri turunan oleochemical. Pemerintah sudah membahas dengan Malaysia dalam pembentukan OPEC khusus minyak sawit.

"Perlu kawasan industri untuk mendukung OPEC-nya minyak sawit ini, yakni di Sei Mangkei, Dumai, dan Bontang. Tapi yang sudah siap di Dumai. Ada kawasan lain yang sudah siap, yaitu Berau dan jika sudah siap kita akan dahulukan sehingga pabrik oleochemical bisa siap di 2019," jelasnya. (Fik/Gdn)

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya