Menkeu Janji Beri Dukungan pada Industri Lokal

Menkeu Sri Mulyani janji membenahi kebijakan fiskal untuk dorong sektor industri.

oleh Septian Deny diperbarui 01 Nov 2016, 20:11 WIB
Diterbitkan 01 Nov 2016, 20:11 WIB
Menkeu Sri Mulyani janji membenahi kebijakan fiskal untuk dorong sektor industri.
Menkeu Sri Mulyani Indrawati (kiri) saat memberikan keterangan terkait hasil Tax Amnesty tahap I di Kemenkeu, Jakarta, Jumat (14/10). Kemenkeu berencana mendata jumlah PNS yang ada di Indonesia. (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Liputan6.com, Jakarta - Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati menyatakan akan memberikan dukungan bagi pengembangan industri di dalam negeri. Dia menuturkan, industri merupakan salah satu sektor yang penting karena banyak menciptakan lapangan kerja.

Hal tersebut diungkapkan dalam acara Temu Usaha, Pameran dan Fashion Show Industri Aneka, Kulit, Alas Kaki dan Fesyen di Kementerian Perindustrian (Kemenperin). Sri Mulyani mengatakan kehadirannya ini untuk mengetahui secara langsung mengenai kendala yang dihadapi para investor dalam berusaha di Indonesia.  

"Saya bukan bermaksud untuk menonton fashion-nya, tapi mau mendengar langsung dari pelaku industri apa sebetulnya keluhan dari segi policy, karena dari segi pemerintah, industri ini yang menciptakan kesempatan kerja cukup banyak," ujar dia di Kantor Kemenperin, Jakarta, Selasa (1/11/2016).

Untuk mendorong sektor industri ini, lanjut Sri Mulyani, berjanji melakukan pembenahan pada kebijakan fiskal. Dengan demikian diharapkan akan mendorong pelaku industri untuk terus menciptakan nilai tambah produk.

"Kami akan mendukung apa yang bisa dilakukan industri ini untuk terus berkreasi dan berinovasi, sehingga tidak hanya bersaing di dalam negeri, tetapi juga mampu ekspor," kata dia.

Sementara itu, Menteri Perindustrian Airlangga Hartarto menyatakan terus mendorong peningkatan kinerja industri kulit, alas kaki dan aneka karena merupakan kelompok industri pengolahan yang dikategorikan sebagai sektor prioritas dalam pengembangannya. Kelompok industri ini juga berperan strategis sebagai penghasil devisa negara.

"Untuk itu diperlukan koordinasi yang kuat dengan lintas sektor sehingga industri kulit, alas kaki dan aneka kita bisa menjadi tuan rumah di negeri sendiri dan menjadi negara eksportir kelas dunia," ungkap dia.

Airlangga menyampaikan, industri kulit, alas kaki dan aneka memberikan kontribusi terhadap nilai ekspor sebesar US$ 12,28 miliar atau 8,17 persen dari total ekspor nasional pada 2015.

Selain itu, kelompok industri mampu menyerap tenaga kerja sebanyak 1,1 juta orang atau 7,7 persen dari total tenaga kerja industri manufaktur dan jumlah investasi mencapai Rp 22,8 triliun.

"Pada kuartal II 2016,pertumbuhan industri kulit, barang dari kulit dan alas kaki sebesar 7,74 persen, sedangkan pertumbuhan industri aneka mencapai 3,84 persen," kata dia.

Kelompok industri kulit, alas kaki dan aneka mencakup 11 sektor, yaitu industri penyamakan kulit, industri barang dari kulit, industri alas kaki, industri kaca mata, industri alat ukur waktu, industri alat musik, industri mainan, industri alat tulis, industri perhiasan, industri alat olahraga, serta industri pengolahan lainnya.

Airlangga menuturkan, diperlukan kebijakan yang berpotensi mendongkrak pertumbuhan industri kulit dan alas kaki, di antaranya tata niaga impor dan peraturan ekspor untuk kulit mentah sebagai bahan baku industri kulit, pemberian kemudahan impor kulit dari seluruh negara dengan tetap memperhatikan aspek keamanan, serta fasilitasi material center untuk industri alas kaki.

Selanjutnya, dilakukan pula peningkatan kemampuan SDM industri melalui pendidikan vokasi dan pembatasan pelabuhan impor untuk produk jadi.

Untuk industri aneka, perlu kebijakan yang mendukung kemudahan perolehan bahan baku untuk industri mainan, pemberlakuan kewajiban penggunaan alat olah raga dalam negeri, penerapan SNI wajib untuk produk kacamata serta biaya energi yang murah.

Airlangga meyakini, pelaksanaan berbagai kebijakan tersebut akan juga mendorong pertumbuhan ekonomi nasional seiring akselerasi stimulus fiskal dan non fiskal melalui beberapa paket kebijakan ekonomi yang telah diterbitkan pemerintah.

"Karena pertumbuhan ekonomi utamanya didorong oleh industri pengolahan, di mana sampai dengan kuartal II 2016 kontribusinya mencapai 20,48 persen. Industri pengolahan juga menjadi penyumbang terbesar ekspor dengan kontribusi 76,68 persen dari total ekspor nasional. Hingga Agustus 2016, nilai ekspor industri sebesar US$ 70,33 miliar," tutur Airlangga. (Dny/Ahm)

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya