OJK: Rasio Kredit Macet Bank Turun

OJK melihat ekonomi Indonesia masih hadapi tantangan dari sentimen global yaitu pemilihan Presiden AS dan harapan kenaikan bunga the Fed.

oleh Liputan6 diperbarui 07 Nov 2016, 14:23 WIB
Diterbitkan 07 Nov 2016, 14:23 WIB
20151104-OJK Pastikan Enam Peraturan Akan Selesai Pada 2015
Petugas saat bertugas di Kantor Otoritas Jasa Keuangan (OJK), Jakarta,(4/11/2015). Pengawas Pasar Modal OJK mengatakan pembahasan enam beleid sudah final karena tidak ada lagi perdebatan dari segi substansi. (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Liputan6.com, Jakarta - Otoritas Jasa Keuangan (OJK) menilai risiko bagi bisnis bank sudah mulai berkurang pada kuartal IV 2016. Ini ditandai rasio kredit bermasalah menurun dan perkiraan permintaan kredit yang membaik pada akhir 2016.

"Rasio kredit bermasalah (Non-Performing Loan/NPL) turun per September jadi 3,1 persen (gross) dan pertumbuhan kredit sudah menggeliat lagi," ujar Ketua Dewan Komisioner OJK Muliaman Hadad, seperti dikutip dari laman Antara, Senin (7/11/2016).

Ia menilai, rasio kredit bermasalah yang turun,kekhawatiran bank juga berkurang. Bank pun perlu "jor-joran" alokasikan biaya pencadangan. NPL bank tercatat 3,2 persen pada Agustus 2016.

Akan tetapi, Muliaman mengaku enggan terlalu optimistis. Muliaman menuturkan, perbaikan bisnis bank akan sangat bergantung dengan pemulihan kondisi ekonomi pada kuartal IV.

"Tapi kita akan lihat lagi karena pertumbuhan ekonomi bisa dibilang belum terlalu fantastis. Tapi tren positifnya sudah kelihatan. NPL turun, penyaluran kredit naik," ujar dia.

Muliaman menuturkan, perbaikan penyaluran kredit bersumber dari segmen ritel. Ada tren positif di industri bank, Muliaman menuturkan, ada peluang NPL dapat turun ke bawah 3,1 persen (gross) pada 2017. "Pelan-pelan bisa," ujar dia.

Melihat kinerja bank hingga kuartal III 2016, Muliaman menuturkan, bank menghadapi banyak tantangan. OJK pun sudah meminta perbankan untuk memitigasi risiko, jika terdapat potensi kenaikan NPL.

Pada kuartal IV 2016, OJK juga melihat tantangan yang dihadapi Indonesia. Dari internal didorong dari pemulihan ekonomi domestik. Selain itu dari sentimen global antara lain pemilihan Presiden Amerika Serikat (AS) pada 8 November 2016, dan harapan kenaikan suku bunga bank sentral AS atau the Federal Reserve pada Desember 2016.

Muliaman mengatakan, pihaknya sudah antisipasi potensi pengetatan likuiditas bank, jika terjadi arus dana keluar akibat sentimen kenaikan bunga the Fed. "Kami pantau terus dan antisipasi," ujar dia.

OJK memprediksi kredit bank akan berkisar 6-8 persen hingga akhir tahun. Angka ini lebih rendah dari proyeksi sebelumnya di 12-13 persen.

Sedangkan BI melihat kredit bank akan tumbuh 7-9 persen pada 2016. Pada September 2016, menurut analisa uang beredar Bank Indonesia (BI) dalam arti luas,pertumbuhan kredit bank sebesar 6,4 persen (year on year/YoY).

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya