Pasokan Surplus, Harga Minyak Tertekan

Harga minyak tergelincir pada perdagangan Kamis waktu setempat, menyusul pasar mulai pulih dari kekagetan mereka pada terpilihnya Trump

oleh Zulfi Suhendra diperbarui 11 Nov 2016, 05:02 WIB
Diterbitkan 11 Nov 2016, 05:02 WIB

Liputan6.com, Jakarta Harga minyak tergelincir pada perdagangan Kamis waktu setempat, menyusul pasar mulai pulih dari kekagetan mereka pada terpilihnya Donald Trump sebagai Presiden AS.

Banyak pasar terguncang pasca Trump terpilih jadi Presiden AS dan pulih pada Kamis, tapi minyak tetap menghadapi kelebihan pasokan yang membuat harga di bawah tekanan selama lebih dari dua tahun.

Pertemuan OPEC akan dilakukan pada 30 November di Wina Austria untuk membicarakan mengenai pemangkasan produksi. Pertemuan itu juga melibatkan kerja sama dari negara bukan Anggora, termasuk Rusia. Tapi ada keraguan bahwa mereka akan menuju kata sepakat di pertemuan itu.

Harga minyak acuan Brent turun 61 sen ke level US$ 45,75 per barel sementara West Texas Intermediate turun 73 sen ke level US$ 44,54 per barel.

US Energy Information Administration melaporkan ada kenaikan 2,4 juta barel pada persediaan minyak domestik menjadi 485 juta barel pada pekan lalu.

Hal itu menekan pasar meski ada penurunan pengiriman untuk minyak mentah berjangka di Cushing, Oklahoma sebesar 663.916 barel.

International Energy Agency mengatakan bahwa pasar global akan tetap surplus kecuali jika OPEC bisa mencapai kesepakatan pada pertemuan 30 November nanti.

"Jika surplus pasokan berlanjut hingga 2017, ada risiko harga akan anjlok," ujar IEA, melansir CNBC.

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya