RI Kekurangan Insinyur untuk Operatori Proyek Kelistrikan

Berdasarkan fakta yang ada, sampai hari ini hanya separuh dari sarjana teknik yang berprofesi sebagai insinyur.

oleh Pebrianto Eko Wicaksono diperbarui 13 Nov 2016, 18:23 WIB
Diterbitkan 13 Nov 2016, 18:23 WIB

Liputan6.com, Jakarta - Pemerintah tengah gencar membangun infrastruktur kelistrikan melalui program kelistrikan 35 ribu Mega Watt (MW) yang ditargetkan rampung 2019. Sayangnya, untuk menjalankan program tersebut, Indonesia kekurangan pasokan tenaga ahli teknik (insinyur).

Wakil Ketua Umum Persatuan Insinyur Indonesia (PII), Heru Dewanto mengatakan pada 2019 nanti, Indonesia akan butuh sekitar 82 ribu insinyur untuk menjalankan program kelistrikan tersebut. Sementara yang tersedia hanya 20 ribu insinyur.

"Dalam beberapa tahun ke depan, Indonesia akan kekurangan insinyur, dengan massive-nya program proyek pembangkit 35 ribu MW dan proyek-proyek infrastruktur yang digagas Presiden Jokowi," kata Heru, di‎ Jakarta, Minggu (13/11/2016).

Berdasarkan fakta yang ada, sampai hari ini hanya separuh dari sarjana teknik yang berprofesi sebagai insinyur. Jika kondisi ini terus terjadi proyek-proyek infrastruktur khususnya untuk 35 ribu MW akan kekurangan tenaga ahli untuk menjadi operator infrastruktur kelistrikan.

“Jadi jangan sampai kita punya proyek tapi tidak ada yang mengerjakannya,” jelas dia.

Untuk itu, menurut Heru semua pihak harus punya visi yang sama dan bergandengan tangan mewujudkannya, pendidikan kejuruan (vokasi) bisa menjawab persoalan tenaga kerja tersebut.

"Kurikulumnya juga harus sesuai dengan kebutuhan pasar. Selain itu penyalurannya juga harus jelas, karena percuma anak-anak kita ini dilatih dan dilatih kemudian bingung bisa bekerja di mana,” papar dia.

Tekait dengan program kelistrikan 35 ribu MW dan proyek-proyek infrastruktur yang digagas Presiden Jokowi diharapkan bisa menjadi sarana pembangunan kapasitas bagi bangsa Indonesia untuk bisa bersaing Masyarakat Ekonomi Asean (MEA), sehingga proyek 35 Ribu MW harus menjadi awal pembangunan manusia Indonesia yang akan membentuk masa depan Indonesia.

“Proyek ini harus bisa membuat Indonesia bertumbuh, bukan hanya dari sisi infrastruktur saja, namun juga manusianya. Jangan sampai, nanti setelah semua proyek ini selesai, tidak ada satupun anak bangsa yang mampu menjadi pemain-pemain yang berkualitas dan punya kapasitas untuk melanjutkan pembangunan bangsa ini,” tutup Heru. (Pew/Gdn)

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya