Perusahaan yang Dapat Untung dari Kebijakan Donald Trump

Kebijakan Donald Trump yang mendorong pertumbuhan ekonomi Amerika Serikat akan berdampak terhadap kinerja perusahaan.

oleh Agustina Melani diperbarui 21 Jan 2017, 10:00 WIB
Diterbitkan 21 Jan 2017, 10:00 WIB
Donald Trump
Donald Trump dan rambut palsu

Liputan6.com, New York - Jika Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump dapat mendorong pertumbuhan ekonomi lebih cepat, sejumlah perusahaan raksasa AS akan mendapatkan keuntungan. Namun, tak semua perusahaan itu dapat keuntungan.

Keuntungan terbesar didapatkan oleh perusahaan yang memiliki pasar sebagian besar domestik. Kenaikan daya beli konsumen di AS akan mendorong kinerja perusahaan ketimbang perusahaan bergantung dari pasar luar negeri. Demikian mengutip laman CNN Money, seperti ditulis Sabtu (21/1/2017).

Berdasarkan data FactSet Research, setengah dari perusahaan yang masuk indeks S&P 500 mendapatkan penjualan sekitar 70 persen dari AS. Perusahaan itu antara lain AT&T,Verizon, Disney, Comcast, dan Home Depot.

Juga Berkshire Hathaway, Starbucks, dan kontraktor Lockheed Martin. Perusahaan lainnya yang ekspansi ke luar negeri dan punya pasar besar di AS juga masih dapat keuntungan, seperti Waltmart, American Express, UPS dan Netflix.

Perusahaan-perusahaan ini kinerjanya dapat naik jika kebijakan Donald Trump dan partai republik di kongres dapat mendorong belanja infrastruktur dan pangkas pajak yang dijanjikan dalam kampanye. Stimulus tersebut dapat mendorong belanja konsumen dan bisnis yang besar.

Sentimen tersebut juga dapat membantu Ford dan GM. Kedua perusahaan ini menjadi target Trump yang memiliki operasional di Meksico. Namun, pendapatan perusahaan itu sekitar lebih dari 60 persen dari AS.

Tak semua perusahaan tersebut mendapatkan untung dari kebijakan Trump. Banyak perusahaan AS bergantung dari penjualan di luar negeri. Boeing, salah satunya.

Penjualan Boeing lebih dari 60 persen dari luar AS. Selain itu, GE, Coke, McDonald's,Procter and Gamble, Nike juga penjualannya lebih besar di luar negeri ketimbang AS. Jadi sangat mungkin saham-saham perusahaan tersebut tertekan. Terutama jika dolar AS kembali menguat.

Meski dolar AS sudah mulai melemah tapi masih lebih kuat dibandingkan mata uang lainnya. Investor mencermati kebijakan Donald Trump yang fokus dorong ekonomi domestik dapat mendongkrak dolar AS. Ini buruk bagi perusahaan yang menjual barang dan jasanya di luar negeri. Namun baik bagi perusahaan yang impornya kurang.

Hal ini juga dapat menekan perusahaan teknologi raksasa antara lain Apple, Microsoft, Facebook, dan Alphabet, induk usaha Google yang sebagian besar pendapatan dari pasar internasional.Demikian juga Intel, Oracle,dan IBM.

Di sisi lain, saham teknologi memimpin pasar akhir-akhir ini lantaran adanya harapan kalau perubahan aturan pajak perusahaan dapat membawa dana kembali ke AS.

Apple dan perusahaan teknologi raksasa lainnya diharapkan dapat menggunakan dana tunai untuk kembali rekrut pegawai di AS, meningkatkan dividen dan melakukan pembelian kembali saham.

Ini mungkin benar, tapi perusahaan teknologi ini juga dapat merasa sulit bila pemerintah negara lain membalas Trump dengan tarif mereka sendiri terhadap barang dari luar AS.

Potensi perusahaan lain yang terkena dampaknya yaitu ExxonMobil. Penjualannya hanya sedikit di AS. Perusahaan ini juga banyak investasi untuk cadangan minyak di wilayah Arktik dan Rusia. Sekarang tampaknya kembali mencari investasi di AS. Perseroan baru-baru ini umumkan beli aset shale oil di Permian Basin dari Texas dan New Mexico sekitar US$ 5,6 miliar.

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya