TPP Tetap Jalan Tanpa AS, Bagaimana dengan Rencana Indonesia?

Indonesia bisa bergabung ke TPP setelah menyiapkan segala sesuatu di dalam negeri.

oleh Fiki Ariyanti diperbarui 27 Jan 2017, 19:00 WIB
Diterbitkan 27 Jan 2017, 19:00 WIB
20160205-Trans-Pacific-Partnership-(TPP)-Chili-Reuters
Demonstran berteriak saat berunjuk rasa terhadap kesepakatan perdagangan TPP, Santiago, Chili, (4/2). Tujuan TPP adalah mendorong liberalisasi negara-negara di kawasan Asia-Pasifik. (REUTERS/Ivan Alvarado)

Liputan6.com, Jakarta Amerika Serikat (AS) memutuskan keluar dari kerja sama perdagangan bebas Trans Pacific-Partnership (TPP). Sementara 11 negara lain anggota TPP tengah mencari jalan agar pakta perdagangan kawasan Pasifik ini terus berjalan meski tanpa AS.

"Walaupun AS keluar, TPP tidak akan kolaps. Masih diupayakan 11 negara lain untuk bertemu dan melahirkan kesepakatan," ujar Deputi Koordinasi Bidang Kerja Sama Ekonomi Internasional Kemenko Bidang Perekonomian, Rizal Affandi Lukman, di kantornya, Jakarta, Jumat (27/1/2017).

Sebanyak 11 negara tersebut termasuk Australia, Brunei Darussalam, Kanada, Cile, Jepang, Malaysia, Meksiko, Selandia Baru, Peru, Singapura, dan Vietnam. "Banyak negara yang cukup konsen dengan TPP karena sudah besar effort-nya untuk hal ini," ucap dia.

Rizal mengatakan, Indonesia masih memiliki harapan besar pada perjanjian kerja sama regional (Regional Comprehensive Economic Partnership/RCEP) antara 10 negara ASEAN dan enam mitra dagang, yaitu China, Jepang, Korea Selatan, Australia, Selandia Baru, dan India.

"Indonesia ikut pembahasan RCEP walaupun cakupannya masih di bawah TPP. Tapi Indonesia lebih cocok ikut RCEP ketimbang TPP karena TPP standarnya sudah advance, pakta perdagangan yang canggih selama ini di dunia," ucap dia.

Dia menuturkan, Indonesia bisa bergabung ke TPP setelah menyiapkan segala sesuatunya di dalam negeri, seperti masalah BUMN, UMKM, dan lainnya.

Dia menuturkan, Presiden Joko Widodo (Jokowi) menginstruksikan kepada menteri terkait, termasuk Menko Bidang Perekonomian Darmin Nasution, untuk mengkaji pasar ekspor nontradisional. Contohnya ke Iran, Nigeria, dan beberapa negara Afrika Selatan, Maroko, Mesir, dan lainnya.

"Dalam waktu dekat Pak Menko akan membawa rombongan ke Iran untuk menindaklanjuti pertemuan Jokowi dan pemimpin Iran sebelumnya untuk bahas kerja sama, ekonomi, kelistrikan. Pokoknya kita aman manfaatkan peluang kerja sama bilateral di forum internasional dengan baik untuk memperkuat perdagangan," ucap dia.(Fik/Nrm)

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya