Mendikbud Dorong Sekolah Buat Terobosan untuk Siswa

Menteri Pendirikan Muhadjir Effendy juga menyoroti ada kelemahan sistem kelas.

oleh Agustina Melani diperbarui 04 Feb 2017, 15:30 WIB
Diterbitkan 04 Feb 2017, 15:30 WIB
Muhadjir Effendy
Pemerintah akan secepatnya membahas rencana penghapusan sementara Ujian Nasional.

Liputan6.com, Yogyakarta - Menteri Pendidikan Muhadjir Effendy mendorong setiap sekolah memiliki keunggulan di bidang tertentu. Ini agar memberikan pilihan bagi orangtua menempatkan anak-anaknya untuk bersekolah.

Oleh karena itu, ia mendorong setiap sekolah ada keberanian melakukan terobosan. Dengan terobosan itu dapat menciptakan suasana nyaman bagi murid untuk meningkatkan keterampilan siswa dengan brand yang dimiliki sekolah.

"Harus ada branding sekolah dari SD, SMP, SMU, dan SMK. Misalkan menonjol di sektor kewirausahaan. Atau ada SD, kelas bahasa Inggrisnya bagus, dan juga yang lain kelas drum band bagus. Jadi orangtua punya pilihan untuk anak. Jadi tak harus seragam," ujar dia saat memberikan sambutan acara di kelas inspirasi "Mencetak Entrepeneuer Tangguh Bersama Arif P Rachmat", di SMA Negeri I Yogyakarta, Sabtu (4/2/2017).

Ia menilai, saat ini sekolah di Indonesia terlalu seragam sehingga menghilangkan individu siswa. Mantan rektor Universitas Muhammadiyah Malang (UMM) ini pun menyoroti  kelemahan sistem kelas untuk mengembangkan bakat setiap anak.

"Ketika kelas itu berisi 24-28 anak maka guru tak bisa melayani 28 anak sehingga mengambil tengah-tengah di antara anak paling pintar dan biasa. Ini membuat anak paling pintar dan biasa tidak terurus. Ini kelemahan sistem kelas. Orang pintar diperlakukan medium jadi ada loss. Self capital ini hilang. Anak makin terbelakang dia akan kehilangan standar yang dipakai di atasnya," kata dia.

Pria kelahiran Madiun ini menilai, bila sekolah itu diukur dari ukuran kelas maka pendidikan Indonesia tak pernah maju. Oleh karena itu, ia mendorong guru dapat berimprovisasi untuk mengajar agar anak pintar dan biasa tidak ketinggalan pelajaran di kelas. 

Pihaknya juga berhati-hati untuk merespons kebijakan  mengenai mata pelajaran di sekolah. Ini mengingat adanya usulan sejumlah mata pelajaran baru di sekolah. "Ada usul mata pelajaran kalau ada kasus narkotika harus ada mata pelajaran narkotika, dan kalau ada keradikalan maka ada pelajaran itu. Kalau sekolah lama-lama banyak pelajaran kapan belajarnya. Jadi harus pandai bijak merespons," ujar dia.

Selain itu, Muhadjir Effendy menuturkan, sistem pendidikan Indonesia lebih kompleks ketimbang dengan negara lainnya antara lain Singapura dan Finlandia. Hal ini juga dipengaruhi dari jumlah penduduk dan geografis.

"Indonesia memiliki 252 ribu sekolah. Jangan pakai ukuran Singapura yang ada 3.000 sekolah. Jadi Singapura itu tidak usah ada menteri. Ada bilang Finlandia itu hebat, sekolahnya 3.400 dan penduduknya sekitar 50 juta. Ini urus Indonesia dari Papua sampai Aceh," kata dia.

Meski demikian, Muhadjir mendorong pendidikan di Indonesia ada perubahan lebih baik terutama di sistem kelas. Selain itu juga perlu peran pengajar untuk sistem pendidikan lebih baik.

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya