Liputan6.com, Jakarta Tekanan harga pada bulan ketiga tahun ini di Provinsi DKI Jakarta kembali turun. Perkembangan harga pada Maret membawa Jakarta mengalami inflasi yang cukup rendah sebesar 0,05 persen (month to month/mtm).
Angka tersebut lebih rendah dibandingkan dengan rata-rata tiga tahun sebelumnya, yang sebesar 0,18 persen (mtm). Dengan perkembangan ini, laju inflasi DKI Jakarta sejak awal tahun tercatat sebesar 1,37 persen (ytd).
Kepala ‎Perwakilan Bank Indonesia (BI) Provinsi DKI Jakarta, Doni P Joewono mengungkapkan terjadinya deflasi pada kelompok bahan makanan merupakan sumber dari rendahnya inflasi bulan ini sehingga mampu menahan dampak inflasi akibat pencabutan subsidi listrik pelanggan 900 Volt Ampere (VA) tahap II yang berlaku pada awal Maret.
Baca Juga
"Dari sisi disagregasi, turunnya harga sebagian besar kelompok volatile food menjadi faktor pendorong rendahnya tekanan inflasi Maret 2017. Turunnya harga pangan terutama bersumber dari harga bumbu-bumbuan," kata Doni dalam keterangannya, Selasa (4/4/2017).
Harga cabai merah dan cabai rawit masing-masing turun sebesar 11,06 persen (mtm) dan 12,80 persen (mtm). Kondisi pasokan yang meningkat dan distribusi yang cukup lancar menyebabkan harga terdorong ke bawah.
Advertisement
Harga telur ayam juga terpantau turun sebesar 2,11 persen (mtm), seiring turunnya harga telur di tingkat peternak akibat produksi yang berlebih.Di sisi lain, penurunan juga terjadi pada harga beras (0,19 persen mtm).
Langkah Pemerintah Provinsi DKI Jakarta dalam menjaga kesinambungan dan manajemen stok beras yang baik, serta ekspektasi masyarakat yang positif bahwa pemerintah mampu menjaga kestabilan harga beras, menjadi faktor yang ikut berperan dalam terjaganya pergerakan harga beras di pasar.
Pada kelompok administered price, pencabutan subsidi listrik pelanggan 900 VA tahap II yang dilakukan pada awal Maret 2017, berdampak terutama pada pengguna listrik prabayar. Tarif listrik Maret 2017 tercatat mengalami kenaikan sebesar 0,55 persen (mtm).
Namun, dampak pencabutan subsidi listrik saat ini tidak setinggi Januari 2017 (tahap I). Hal ini menyebabkan masih terjaganya inflasi kelompok administered price secara keseluruhan.
Adapun inflasi inti pada Maret 2017 masih terkendali. Hal itu didukung permintaan masyarakat yang masih relatif terbatas, serta nilai tukar yang cukup stabil.
Kebijakan pencabutan subsidi listrik 900VA tahap II pada 1 Maret 2017, hanya sedikit mendorong beberapa komoditas pada kelompok inflasi inti.
Komoditas utama yang terdampak adalah harga kontrak rumah dan sewa rumah, yang masing-masing naik 0,42 persen (mtm) dan 0,11 persen (mtm).
Terjaganya inflasi inti juga didorong turunnya indeks harga emas perhiasan sebesar 0,68 persen (mtm), yang pada bulan sebelumnya mengalami kenaikan harga sebesar 3,67 persen (mtm), sejalan dengan penurunan harga emas internasional.
Memperhatikan berbagai kebijakan pemerintah pada komoditas terkait energi, perkembangan harga-harga dan pantauan terhadap beberapa komoditas di pasar-pasar di Jakarta hingga Maret 2017, inflasi pada April 2017 diperkirakan tetap terjaga.
Pergerakan harga-harga komoditas internasional, terutama yang dapat memengaruhi dinamika harga-harga domestik akan tetap diwaspadai, agar dapat mengambil langkah-langkah kebijakan yang diperlukan untuk memitigasi pengaruhnya terhadap perkembangan harga-harga secara umum.
Penguatan koordinasi Bank Indonesia, Pemerintah Provinsi DKI Jakarta dan Pemerintah Pusat melalui TPID, dan forum-forum yang ada akan terus ditingkat.
Hal itu dinilai perlu dilakukan mengingat pengendalian harga memerlukan kerjasama dan sinkronisasi langkah kebijakan dari tingkat pusat hingga daerah, serta komitmen yang kuat dalam implementasi kebijakan yang telah diputuskan.
"Dengan berbagai upaya tersebut diharapkan inflasi DKI Jakarta tahun 2017 dapat tetap terjaga dan mendukung capaian sasaran inflasi nasional sebesar 4 persen ± 1 persen," jelas dia.