Liputan6.com, Jakarta - Menteri UMKM Maman Abdurrahman mengungkap produk UMKM lokal yang kalah saing dengan produk dari China. Salah satunya berkaitan dengan harga jual dan volume produksi.
Menurutnya, persaingan produk lokal dan impor dari China menjadi salah satu tantangan UMKM. Belum lagi ditambah dengan mudahnya barang-barang impor tadi masuk ke Indonesia.
Advertisement
Baca Juga
Ada dua hal yang menjadi catatannya, pertama karena persaingan harga, dan kedua soal volume produksinya.
Advertisement
"Kita harus melihat ini, apa sih yang membuat produk-produk dari China itu luar biasa, dia bisa masuk? Karena dua hal, murah dan dia volume-nya gede banget. Jadi dia bisa dapet tuh," kata Maman dalam acara peringatan HUT ke-73 Asosiasi Pengusaha Indonesia (Apindo) di Jakarta, Jumat (31/1/2025).
Dia memberi contoh, tas yang diproduksi UMKM lokal Indonesia bisa membutuhkan biaya sekitar Rp 1 juta. Namun, pada saat yang sama, produk dari China bisa dibuat dengan harga yang jauh lebih murah, mencapai Rp 100 ribu saja.
"Misalnya produk UMKM yang diproduksi oleh Bu Yayu, dengan cost produksi Rp 1 juta, tapi China dia bisa produksi barang itu mungkin dengan harga Rp 100 ribu. Gimana kita mau ngelawan?," tanyanya.
Menurutnya, persoalannya kini bukan sebatas menutup akses masuk produk-produk China. Seperti yang belakangan dilakukan, pemerintah memblokir akses aplikasi e-commerce asal China, Temu.
Buat Pola Khusus
Menurutnya itu bisa menjadi solusi jangka pendek. Sementara itu, sebagai cara jangka panjangnya, pengusaha harus bersama-sama menyusun skema agar biaya produksi lebih rendah dan volumenya bisa meningkat.
"Bukan dengan menahan mereka, tapi dengan bagaimana juga kita mencari sebuah sistem dan pola yang bisa memproduksi barang-barang yang itu secara massal dengan harga yang murah," bebernya.
"Itulah tadi (dengan cara) mengkonsolidasi atau clustering UMKM-UMKM di bawah UMKM Holding. Itulah salah satu solusi untuk bisa menekan cost produksi dan menaikkan jumlah volume produksi, dibandingkan kalau kita biarkan satu persatu," imbuh Maman.
Advertisement
UMKM Butuh Perluasan Pasar
Sebelumnya, Asosiasi Pengusaha Indonesia (Apindo) menyadari masalah terbesar yang dihadapi oleh UMKM. Hal itu merujuk pada akses pasar yang lebih luas bagi produk-produk UMKM.
Ketua Umum Apindo, Shinta Widjaja Kamdani menerangkan tantangan UMKM saat ini adalah akses pasar. Bisa dibilang, terbatasnya pasar UMKM imbas tidak adanya akses yang terbuka jika dilakukan secara sendirian.
"Saya rasa tantangan terbesar sebenarnya adalah menghubungkan UMKM ini dengan pasar yang lebih luas," kata Shinta dalam HUT ke-73 Apindo, di Jakarta, Jumat (31/1/2025).
Dia menegaskan, pembukaan akses pasar bagi UMKM tak bisa dilakukan sendiri. Maka, diperlukan bantuan dari para pengusaha berskala besar.
Penguatan Daya Saing
Pada saat yang sama, UMKM juga harus memiliki daya saing yang kuat bagi produknya di pasaran. Hal tersebut bisa dilakukan melalui penguatan inovasi produknya.
Dalam menjawab tantangan di era moderen, Shinta juga menyoroti pentingnya digitalisasi proses bisnis UMKM.
"UMKM ini kita tidak bisa mereka bergerak sendiri. Tapi bagaimana juga para pelaku-pelaku usaha besar dapat membangun bersama untuk ke depan pasar yang lebih luas dengan mendigitalisasi juga proses bisnis dan meningkatkan daya saing ini melalui inovasi," jelas dia.
Advertisement
Punya Potensi
Shinta menyadari UMKM Indonesia menyimpan potensi yang besar. Salah satunya terlihat dari kemampuan bertahan di masa-masa krisis. Dia berharap Menteri UMKM Maman Abdurrahman bisa membawa gebrakan yang bisa menghidupi UMKM.
"Kondisi ini juga mencerminkan tantangan struktural yang mendalam. UMKM kita sejatinya memiliki potensi yang besar untuk menjadi kuat, berperan utama ekonomi nasional, namun potensi tersebut belum sepenuhnya tergali," ungkapnya.
"Jadi saya percaya di bawah kepemimpinan Pak Menteri Mamang, nanti ini UMKM bisa benar-benar memberikan dobrakan-dobrakan berani," sambung Shinta Kamdani.