Shell Yakin Porsi Energi Surya dan Angin Bakal Capai 40 Persen

Sebanyak 80 persen sumber energi utama saat ini berasal dari batu bara, gas dan minyak yang memiliki kandungan CO2 cukup besar.

oleh Pebrianto Eko Wicaksono diperbarui 16 Mei 2017, 10:33 WIB
Diterbitkan 16 Mei 2017, 10:33 WIB
Sebanyak 80 persen sumber energi utama saat ini berasal dari batu bara, gas dan minyak yang memiliki kandungan CO2 cukup besar.
Sebanyak 80 persen sumber energi utama saat ini berasal dari batu bara, gas dan minyak yang memiliki kandungan CO2 cukup besar.

Liputan6.com, Jakarta - Shell Indonesia terus mendorong penggunaan energi yang ramah lingkungan untuk menjaga pencemaran yang bisa menyebabkan perubahan iklim. Shell Indonesia yakin bahwa porsi penggunaan energi ramah lingkungan bakal mencapai 75-80 persen di 2100.

President Director & Country Chairman Shell Indonesia Darwin Silalahi ‎mengatakan, kebutuhan energi secara global semakin bertambah seiring dengan semakin tingginya populasi penduduk dunia. Hal ini membawa konsekuensi berupa peningkatan jumlah Karbon Dioksida (CO2) di atmosfer dan gas rumah kaca lainnya.

Oleh karena itu dibutuhkan upaya serius secara kolektif untuk mengurangi dampak pencemaran lingkungan dan menghadapi perubahan iklim, dengan mendatangkan lebih banyak energi dari sumber-sumber yang jumlah karbonnya rendah.

“Hal ini yang menjadi perhatian kami secara global. Pengetahuan, teknologi, dan inovasi yang kami miliki bisa membantu menghadirkan solusi untuk menjawab tantangan transisi energi masa depan,” kata Darwin, di Jakarta, Selasa (16/5/2017).

Harus diakui, dunia saat ini membutuhkan lebih banyak energi untuk proses pembangunan dan sumber-sumber energi rendah karbon untuk menjawab tantangan perubahan iklim.

Namun, dunia dengan emisi net-zero itu bukan berarti dunia tanpa emisi apapun, melainkan emisi tersebut secara bersamaan diimbangi dengan menurunnya kadar CO2 dari atmosfer bumi.

Kenyataannya, 80 persen sumber energi utama saat ini berasal dari batu bara, gas dan minyak yang memiliki kandungan CO2 cukup besar. Oleh karena itu, kenyataan tersebut harus diubah dengan menggunakan sumber-sumber energi yang ramah lingkungan.

Darwin yakin jika mengacu pada sistem energi net-zero emission di masa depan pada 2100, batu bara, gas dan minyak, hanya menempati sekitar 20-25 persen dari bauran energi (energy mix), dan lainnya diisi oleh 40 persen tenaga surya dan angin, sekitar 15 persen nuklir, dan 20 persen bioenergi.

“Transformasi ini dapat terjadi dan bahkan analisa kami menunjukkan dapat dicapai dalam abad ini, tetapi harus didorong dari transformasi pemakaian konsumsi” Darwin melanjutkan.

Pada 2016 Royal Dutch Shell meluncurkan sebuah kampanye global bertajuk Make the Future yang mengajak, mendorong dan melibatkan orang-orang dari berbagai kelompok di seluruh dunia untuk terlibat dalam melakukan berbagai upaya pencarian solusi yang dapat menjawab tantangan energi masa depan. (Pew/Gdn)

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya