Sentimen The Fed dan Geopolitik Bayangi Harga Emas

Sentimen geopolitik akan mendominasi gerak harga emas sepekan ketimbang rencana the Fed naikkan suku bunga.

oleh Agustina Melani diperbarui 29 Mei 2017, 06:36 WIB
Diterbitkan 29 Mei 2017, 06:36 WIB
20151109-Ilustrasi-Logam-Mulia
Ilustrasi Logam Mulia (iStockphoto)

Liputan6.com, Jakarta - Harga emas diperkirakan masih menguat selama sepekan. Sentimen geopolitik akan mendominasi laju harga emas sedangkan rencana bank sentral Amerika Serikat (AS) atau the Federal Reserve menaikkan suku bunga pada pertemuan Juni hanya berdampak terbatas terhadap gerak harga emas.

Pada pekan lalu, harga emas untuk pengiriman Juni ditransaksikan di kisaran US$ 1.266,90 per ounce atau naik satu persen. Perak juga menguat tiga persen ke level US$ 17,30 per ounce.

Transaksi perdagangan akan singkat pada pekan ini. Investor diperkirakan fokus melihat rilis data ekonomi AS. Sejumlah analis menilai kalau momentum harga emas secara teknikal dan minat safe haven akan mendominasi pasar pada pekan ini.

Vice President RMB Group Barry Potekin menuturkan, harga emas berpeluang ke level US$ 1.300 per ounce dalam waktu dekat. Saat ini menurut dia ada sejumlah hal yang dikhawatirkan investor.

Salah satunya rencana kenaikan suku bunga The Federal Reserve. Akan tetapi, Potekin melihat the Federal Reserve belum akan menaikkan suku bunga 25 basis poin (bps) melihat ketidakpastian global.

"Jika harga emas bergerak kembali di atas US$ 1.300 maka level harga emas akan mencapai US$ 1.400," kata dia, seperti dikutip dari laman Kitco, Senin (29/5/2017).

Analis London Capital Group Jasper Lawler menuturkan, tak hanya sentimen the Federal Reserve yang pengaruhi harga emas. Gejolak politik di AS dan ketidakpastian yang berkembang seputar pemilihan di Inggris pada Juni juga akan membantu harga emas dalam waktu dekat.

"Risiko berkelanjutan seputar kepemimpinan di dua negara besar ini akan terus bagus untuk emas. Ketidakpastian geopolitik telah mendorong harga emas di atas US$ 1.260," kata dia.

Ia pun memperkirakan harga emas berpotensi kembali naik pada pekan ini bila harga emas berada di atas level US$ 1.260.

Sementara itu, Ekonom senior CIBC World Markets Nick Exarhaos menuturkan, pelaku pasar sudah melihat ada kenaikan suku bunga the Federal Reserve pada Juni membuat dampaknya kecil terhadap harga emas. Selain itu, ia juga menambahkan sulit melihat katalis baru untuk mendorong dolar AS lebih tinggi. Ini jadi sentimen positif untuk emas.

Lawler mengatakan, kalau level resistance berikutnya harga emas di kisaran US$ 1.280 per ounce pada pekan ini. Bila level itu ditembus maka dapat mencapai level tertinggi baru pada 2017 di kisaran US$ 1.300.

Chris Beauchamp, Analis IG juga mengamati gerak harga emas bakal di level US$ 1.280 per ounce. Ia pun pertahankan prospek naik untuk harga emas dalam pekan ini.

Sementara gejolak geopolitik tetap menjadi kekuatan pendorong untuk harga emas. Investor juga dilihat masih akan fokus perhatikan data ekonomi pada pekan ini. Data tenaga kerja AS terutama data gaji non sektor pertanian AS akan menjadi perhatian pada Jumat pekan ini. Selain itu juga ada data manufaktur pada Mei dan jumlah lapangan kerja sektor swasta.

 

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya