KEIN Minta Pemerintah Kembangkan Thorium agar Listrik Murah

Pengembangan thorium dapat mengurangi penggunaan bahan bakar fosil.

oleh Achmad Dwi Afriyadi diperbarui 14 Jun 2017, 11:47 WIB
Diterbitkan 14 Jun 2017, 11:47 WIB
Mimpi RI Bangun PLTN Hijau Berbasis Thorium
Pengembangan thorium dapat mengurangi penggunaan bahan bakar fosil. Selain dari segi harga, pemanfaatan thorium lebih murah.

Liputan6.com, Jakarta - Komite Ekonomi dan Industri Nasional (KEIN) meminta pemerintah untuk mengembangkan thorium sebagai bahan baku listrik. Lantaran thorium akan mewujudkan energi murah sehingga mendorong perekonomian nasional.

"Itu thorium sebenarnya nuklir. Bukan nuklir uranium, nuklir thorium," kata Ketua Kelompok Kerja Industri Energi dan Sumber Daya Mineral KEIN Zulnahar Usman, seperti ditulis di Jakarta, Rabu (14/6/2017).

Dia menerangkan, pengembangan thorium bisa mengurangi penggunaan bahan bakar fosil. Dari segi harga, pemanfaatan thorium akan lebih murah ketimbang memanfaatkan bahan bakar fosil.

"Thorium kalau terjadi kita bangun luar biasa, kalau sekarang itu tarif dasar listrik yang non subsidi Rp 1.467,28 artinya itu kira-kira berapa sen dengan harga sekarang mungkin 10 sen, 11 sen. Kalau kita masuk dengan energi thorium, ini tidak lebih 3 sen, 4 sen jauh sekali. Ini yang kita dorong," jelas dia.

Zulnahar menuturkan, Indonesia memiliki sumber daya thorium yang melimpah. Bahkan, diperkirakan cukup untuk 1.000 tahun. Dia menuturkan, thorium sendiri bisa berasal dari limbah timah yang diurai sehingga muncul unsur thorium.

"Kita punya resouces yang cukup besar, kita punya deposit sampai 1.000 tahun. Kalau kita bangun energi thorium, kita tidak bakar fosil, tidak bakar minyak segala macam. Dan ini tidak bahaya karena diuji dalam reaktor tahun 1960 di Amerika tidak efek ke manusia," ungkap dia.

Hingga saat ini, dia bilang belum ada industri thorium. Namun, beberapa negara yaitu Amerika Serikat (AS) dan China akan mengembangkan thorium. Jika industri thorium terwujud, secara otomatis harga listrik akan turun.

"Belum (industri), di dunia baru Amerika Serikat dan China, tapi nanti India mengintip studi buat, Indonesia juga. Kalau itu ada, otomatis listrik murah, kalau listrik murah negara berlomba-lomba bangun industrinya. Bagaimana Indonesia kalau nggak mulai sekarang," ujar dia.

Usulan pengembangan thorium sendiri telah disampaikan ke Presiden Joko Widodo (Jokowi). Namun, dia bercerita, Presiden sendiri masih berkutat persoalan birokrasi yang belum ramping serta menganut prinsip kehati-hatian yang tinggi.

"Sudah (disampaikan) kira-kira setahun lebih kita diskusikan. Pak Presiden sudah menerima presentasi thorium lama. Tapi lagi-lagi, Presiden juga mengeluhkan birokrasi belum ramping, birokrasi kita masih menganut azas kehati-hatian yang berlebih-lebihan. Dianggap nuklir bahaya. Sangat di eman-eman bahwa nuklir bahaya. Padahal yang bahaya hasil pengayaan uranium, kalau ini thorium. Unsur kimianya beda," ujar dia.

 

 

Saksikan Video Menarik di Bawah Ini:

 

 

 

Tag Terkait

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya