Pelabuhan Banyak, Tapi Turis Kapal Pesiar RI Keok dari Singapura

Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman, Luhut Binsar Panjaitan berambisi untuk mendatangkan lebih banyak kapal-kapal pesiar ke RI

oleh Fiki Ariyanti diperbarui 02 Agu 2017, 19:12 WIB
Diterbitkan 02 Agu 2017, 19:12 WIB
Menpar Arief Yahya Puji Gerak Cepat Kemenhub Budi Karya Sumadi
Kemenhub bakal membuka pelabuhan khusus pariwisata sebagai fasilitas sandar kapal-kapal pesiar atau cruise dan yacht di Labuan Bajo.

Liputan6.com, Jakarta Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman, Luhut Binsar Panjaitan berambisi untuk mendatangkan lebih banyak kapal-kapal pesiar (cruise) ke Indonesia. Di Pelabuhan Benoa, Bali, saja, pemerintah menargetkan 2 juta turis berkeliling dengan kapal pesiar guna menyaingi Singapura.

"Ongkos (bersandar) cruise kita hampir 2,5 kali lipat dari Singapura. Ini yang mau kita turunkan, karena itu wilayah PT Pelindo III," ujar Luhut di Gedung Manggala Wanabhakti, Jakarta, Rabu (2/8/2017).

Menurut Luhut, persoalan mahalnya ongkos kapal pesiar masuk ke Indonesia ada di agen. "Masa Singapura yang punya satu pelabuhan saja bisa mendatangkan 10 juta turis naik cruise, sedangkan Indonesia yang punya banyak pelabuhan cuma 200 ribu. Ini kan ada something wrong," tegasnya.

Oleh karenanya, ia menyarankan, agar Pelindo III mengambil alih sebagai agen kapal-kapal pesiar yang masuk dan bersandar di Pelabuhan Benoa.

"Ongkos bisa turun, tapi masalahnya ada di agen. Saya bilang, buang saja agennya, kamu (Pelindo III) jadi agennya. Mereka bilang bisa, sehingga ongkos ini pasti akan turun," katanya.

Akibat beban biaya yang terlampau tinggi untuk bisa bersandar di pelabuhan, pangsa pasar kapal-kapal pesiar baru 10 persen yang bisa diperoleh dari total pasar yang ada.

"Kalau ini (strategi) jalan, dari Tanjung Benoa saja bisa dapat 2 juta turis yang akan keliling di Indonesia Timur naik cruise. Kapal itu pun bisa mengambil bahan dari kita," jelas Luhut.

Di sisi lain, dengan penguatan di sektor kemaritiman, membangun pelabuhan di sebelah barat, membuat pendalaman alur, dan mengurangi waktu bongkar muat di pelabuhan, diharapkan dapat menekan biaya logistik di pelabuhan.

"Kita masuk negara paling mahal biaya di pelabuhan 14,1 persen, Jepang sana 4,9 persen. Presiden minta diturunkan jadi 7-8 persen saja, itu dampak ke ekonomi sangat luar biasa dan akan membuat pertumbuhan ekonomi nasional lebih tinggi lagi," pungkas Luhut.

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya