Tips Hindari Pembobolan Rekening Lewat Mesin ATM

Untuk menghindari skimming, masyarakat juga harus rajin mengganti PIN ATM secara berkala.

oleh Septian Deny diperbarui 25 Sep 2017, 10:45 WIB
Diterbitkan 25 Sep 2017, 10:45 WIB
Mesin Kartu ATM
Ilustrasi Foto Mesin ATM (Anjungan Tunai Mandiri) (iStockphoto)

Liputan6.com, Jakarta - Aksi pencurian informasi kartu debit atau skimming hingga berujung pada pembobolan tabungan nasabah melalui mesin ATM masih marak terjadi di Indonesia. Tak tanggung-tanggung, aksi tersebut dilakukan oleh warga negara asing yang masuk dalam sindikat kejahatan internasional.

Lantas bagaimana cara untuk menghindari skimming dan tidak menjadi korban dari pembobolan dana di rekening melalui mesin ATM?

Sekretaris Perusahaan PT Bank Mandiri Tbk Rohan Hafas mengatakan, agar tidak menjadi korban skimming, masyarakat diminta memeriksa lebih teliti anjungan tunai mandiri (ATM) atau alat transaksi kartu debit lain sebelum bertransaksi. Sebab, biasanya alat skimming ini dipasang pada slot keluar masuk kartu ATM.

"Untuk menghindari skimming adalah memeriksa terlebih dahulu slot untuk memasukkan kartu. Apakah ada yang terlihat janggal atau tidak seperti biasanya," ujar dia saat berbincang dengan Liputan6.com di Jakarta, Senin (25/9/2017).

Sementara itu, pengamat perbankan Paul Sutaryono menyatakan, untuk menghindari skimming, masyarakat juga harus rajin mengganti PIN ATM secara berkala. Hal ini agar PIN yang sudah terlacak alat skimming kedaluwarsa dan tidak bisa digunakan.

"Yang utama nasabah bank harus menjaga PIN tidak jatuh ke pihak lain. Selain itu, PIN harus diganti secara berkala menurut kepentingannya dan harus terdiri dari enam digit," kata dia.

Selain itu, Paul juga berharap Bank Indonesia (BI) dan pihak perbankan terus berupaya untuk meningkatkan keamanan di mesin ATM. Dengan demikian, aksi-aksi kejahatan seperti‎ ini bisa dihindari.

"BI dan bank sebagai penerbit kartu wajib terus-menerus berupaya untuk membentengi ATM," tandas dia.

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:

Ribuan kasus

Sebenarnya skimming sudah merebak sejak 2009. Kejahatan tersebut terus mengintai para nasabah, hingga kini. Skalanya pun ternyata sudah begitu meluas. Pada 2015, Direktorat Tindak Pidana Ekonomi dan Khusus Bareskrim Polri sudah mencatat ada 1.549 kasus. Ini artinya sepertiga kasus skimming di dunia terjadi di Indonesia.

Dan, siapa sangka, ternyata pelakunya lintas negara. Penelusuran tim Liputan6.com mengungkap secara terperinci modus operandi sebuah kasus skimming yang terjadi pada Juli 2017 lalu.

Pelakunya adalah Ion Iabanji, yang berpaspor Moldova. Dia beraksi memasang alat skimmer di sejumlah mesin ATM di Bali. Pria 40 tahun itu berkomplot dengan rekannya, Iurie Vrabie (37), yang juga orang asing.

Polisi menduga, keduanya adalah anggota sindikat kejahatan internasional, yang menjadikan Indonesia sebagai salah satu sasaran operasi mereka.

Kejahatan ini terbongkar berkat laporan yang diterima Bareskrim Polri soal ada penarikan gelap dari rekening 56 nasabah di dua bank di Indonesia. Anehnya, penarikan uang tak berlangsung di dalam negeri, tapi di Amerika Serikat, Bulgaria, Meksiko, dan sejumlah negara lain.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya