Bayar Tol Tak Lagi Tunai, BI Ingin Masyarakat Ubah Kebiasaan

Setelah pemberlakuan trasaksi non tunai pada gerbang tol dilaksanakan mulai 31 Oktober 2017, saat ini tercatat 97 persen.

oleh Ilyas Istianur Praditya diperbarui 02 Nov 2017, 18:42 WIB
Diterbitkan 02 Nov 2017, 18:42 WIB
Tol Tak Layani Pembayaran Tunai
Kepadatan lalu lintas saat penerapan dengan kartu e-Toll di gerbang tol Semanggi 2, Jakarta, Selasa (31/10). Semua transaksi di jalan tol wajib menggunakan uang elektronik atau e-money per 31 Oktober 2017. (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Liputan6.com, Jakarta Gubernur Bank Indonesia (BI) Agus DW Marto‎wardojo membeberkan tujuan akhir penerapan transaksi non tunai di jalan tol (elektronifikasi). Saat ini penerapan transaksi non tunai tersebut telah mencapai 97 persen.

Agus menuturkan masyarakat harus sadar jika tujuan akhir penerapan kebijakan transaksi non tunai pada jalan tol, demi memperlancar arus lalu lintas. Sebab dengan sistem ini kendaraan tidak lagi berhenti pada gerbang tol untuk melakukan pembayaran.

"Tujuan akhir adalah bertahap kita masuk ke multy free flow, yaitu jalan tol di mana saat kita masuk ke tol tidak perlu mengurangi kecepatan mobil tidak perlu berhenti," kata dia di Jakarta, Kamis (2/11/2017).

Menurut Agus, konsep tersebut akan terus dilakukan secara bertahap. Targetnya pada akhir 2018, seluruh kendaraan yang melalui jalan tol sudah melakukan transaksi dengan sistem elektronik. Sehingga perjalanan bisa lebih efisien.

"Ini yang ingin kita capai di akhir 2018. Jadi sangat lebih efisien," dia menuturkan.

Agus mengungkapkan, perlu membangun kebiasaan masyarakat untuk menerapkan transaksi non tunai pada jalan tol. Agar hal tersebut bisa terealisasi akan dilakukan sosialisasi secara masif yang didukung dengan pembangunan fasilitas pengisian uang elektronik (top up).

"Jadi sosialisasi agar seluruh masyarakat itu tahu, kalau mau gunakan jalan tol harus ada uang elektronik yang cukup dan tentu harus didukung pelayanan fasilitas top up yang baik dan harus tersedia reader. Atau pun infrastruktur lain yang baik sehingga ini betul bisa dilaksanakan," dia menambahkan.

‎Setelah pemberlakuan trasaksi non tunai pada gerbang tol dilaksanakan mulai 31 Oktober 2017, saat ini tercatat 97 persen transaksi menggunakan uang elektronik.

Agus pun mengapresiasi Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR), Badan Usaha Jalan Tol dan pihak perbankan, telah menerapkan transaksi non tunai pada jalan tol tersebut

"Ini komitmen yang besar sekali, BI mengapresiasi badan usaha jalan tol,‎ Kementerian PU dan tentu perbankan ya karena hal ini bisa diwujudkan," dia menandaskan.

Rp 8 Miliar Uang Receh di Tol Jasa Marga 'Hilang'

PT Jasa Marga (Persero) menjadi salah satu pihak yang diuntungkan dengan diberlakukannya program elektrifikasi di jalan tol. Hal ini dikarenakan operasional Jasa Marga jalan tol lebih efisien.

Vice President Operation Management PT Jasa Marga Raddy R Lukman menjelaskan, salah satu poin yang efisien adalah Jasa Marga tak lagi menyediakan uang kembalian di gardu tol.

"Kebutuhan uang untuk kembalian Rp 8 miliar per hari. Itu uang receh yang kita butuhkan di semua ruas tol. Nontunai diberlakukan, itu akan hilang," kata Raddy di Galeri Nasional, Senin (30/10/2017).

Dalam pengadaan uang receh ini, dijelaskan Raddy, selama ini Jasa Marga harus bekerja sama dengan pihak perbankan. Belum lagi dalam pendistribusiannya membutuhkan tenaga.

Tidak hanya itu, dengan sudah tak lagi menggunakan cash dalam pembayaran maka seluruh pendapatan perusahaan akan langsung tercatat melalui data komputerisasi. Dengan demikian mengurangi resiko berkurangnya pendapatan.

Dengan sistem komputerisasi, maka keterbukaan pengelolaan juga lebih ditingkatkan. Data-data yang masuk bisa langsung tercatat di pembukuan perusahaan.

"Dengan begini kita juga tidak perlu lagi takut dengan uang palsu. Selama ini kita terkadang masih menemukan hal ini," tambahnya.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya