Saka Energi Fokus Genjot Produksi Migas di RI

PT Saka Energi Indonesia ikut lelang wilayah kerja migas tahap I 2017 sebagai bentuk dukungan kepada pemerintah.

oleh Pebrianto Eko Wicaksono diperbarui 23 Nov 2017, 07:45 WIB
Diterbitkan 23 Nov 2017, 07:45 WIB
Gas Bumi
Ilustrasi Foto Gas Bumi (iStockphoto)

Liputan6.com, Jakarta - PT Saka Energi Indonesia memprioritaskan pengembangan industri hulu minyak dan gas bumi (migas) di dalam negeri. Hal ini untuk mendukung langkah pemerintah dalam meningkatkan produksi migas nasional.

Direktur Utama Tumbur Parlindungan ‎mengatakan, Saka Energi belum memiliki rencana untuk berekspansi ke luar negeri, setelah berpartisipasi dalam mengelola Blok Fasken, Lapangan Shale di Texas, Amerika Serikat (AS).

"Untuk apa kita ke luar negeri? Dalam negeri dulu, kita kan bangsa Indonesia,"" kata Tumbur di Jakarta, seperti ditulis Kamis (23/11/2017).

Sebagai bentuk dukungan perusahaan ke pemerintah untuk menggairahkan industri hulu migas, yang berujung pada ‎peningkatan produksi nasional, Saka Energi Indonesia mengikuti‎ lelang wilayah kerja migas tahap I 2017. ‎Akan tetapi, ketika ditanyakan wilayah kerja atau blok migas yang diincar, dia enggan menyebutkan.

‎"Ikut (lelang), kami harus dukung pemerintah. Ada lah, tanya saja," tutur Tumbur.‎‎

‎Dalam lelang wilayah kerja migas tahap I 2017, Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) menawarkan 15 wilayah kerja migas, yaitu Blok Andaman I dan Andaman II di lepas pantai Aceh, South Tuna di lepas pantai Natuna, Merak Lampung di lepas pantai dan daratan Banten-Lampung.

Kemudian Pekawai di lepas pantai Kalimantan Timur, West Yamdena di lepas pantai dan daratan Maluku, dan Kasuri III di Papua Barat. Blok Tongko di lepas pantai Natuna, East Tanimbar di lepas pantai Maluku, dan Mamberano di daratan dan lepas pantau Papua.

Selanjutnya, tiga blok migas non-konvensional MNK Jambi I di Jambi, MNK II di Jambi dan Sumatera, serta GMB West Air Komering di Sumatera Selatan, GMB Raja dan GMB Bungamas di Sumatera Selatan.

‎Berdasarkan informasi, anak usaha PT Perusahaan Gas Negara (Persero) Tbk (PGN) tersebut ‎telah melakukan joint studi untuk dua blok yang dilelang yaitu West Yamdena Maluku dan Pekawai Kalimantan Timur.

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:

Selanjutnya

Terkait dengan penerapan skema gross split untuk blok migas yang baru dilelang, Tumbur mengaku tidak meributkan skema bagi hasil migas tersebut.

"Mau cost recovery, mau gross split masih eksplorasi, itu saja dulu kalau ketemu baru pikirkan dengan term condition, kami ngobrol. Kalau enggak bagus, ya kami kembalikan ke pemerintah kalau enggak komersial. Kalau ekonomis ya kami develop. Orang belum ketemu kok ribut-ribu‎t," jelas dia.

‎Untuk menggenjot produksi migas Indonesia, Saka Energi giat melakukan pengeboran sumur baik eksplorasi maupun pengembangan. Pada 2018, perseroan akan melakukan delapan pengeboran.

Tumbur menyebutkan, pengeboran dilakukan di tiga blok migas, yaitu Blok Pangkah sebanyak enam sumur terdiri dari satu sumur eksplorasi dan lima sumur pengembangan. Sedangkan dua lagi merupakan pengeboran eksplorasi satu di Blok South Selulu dan Wokam II.

Tumbur menuturkan, Saka Energi melakukan efisiensi dalam kegiatan pengeborannya, sehingga tetap melakukan kegiatan meski harga minyak dunia belum membaik. Biaya yang dikeluarkan dalam pemboran satu sumur maksimal mencapai US$ 20 juta.‎"Kami itu ngebor harus di bawah US$ 10 juta, sekarang at least US$ 10-20 juta‎," kata dia.

Produksi Saka Energi mencapai 57 ribu barel setara minyak (barel oil equivalen per day/boepd) pada 2017. Produksi itu terdiri dari 60 persen gas dan 40 persen minyak.‎ Produksi tersebut berasal dari Blok Bengkanai, Mura Bakau, Pangkah, Ketapang, South East Sumatera, Sanga-Sanga dan Muriah.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya