Kurang Kru, Garuda Indonesia Ingin Kurangi Jatah Libur Pilot

Garuda Indonesia mempekerjakan sekitar 1.300 penerbang yang terdiri dari pilot dan kopilot.

oleh Ilyas Istianur Praditya diperbarui 23 Jan 2018, 16:45 WIB
Diterbitkan 23 Jan 2018, 16:45 WIB
Ilustrasi pilot
Ilustrasi (iStock)

Liputan6.com, Jakarta Maskapai PT Garuda Indonesia (Persero) Tbk tengah bekerja keras memperbaiki kinerjanya. Berbagai hal dilakukan seperti efisiensi terkait jam kerja pilot. Manajeman berencana mengurangi jatah libur para pilot untuk memaksimalkan layanan.

"Ada beberapa hal yang misalnya masalah jam istirahat kita ada dalam aturan itu 8 hari sebulan. Memang karena kita kekurangan penerbang jadi kita negosiasi boleh tidak kita kurangin dulu 1 hari lah misalnya dalam sebulan, tentunya dengan adanya kompensasi. Nah ini sudah mengerucut," kata Direktur Operasi Garuda Indonesia, Triyanto Moeharsono di Jakarta, Selasa (23/1/2018).

Hal ini, dikatakan Triyanto, sudah disampaikan kepada Serikat Pekerja yang menaungi para penerbang di Garuda Indonesia. Dari pembahasan, para pilot tersebut mengaku siap mendukung rencana perusahaan.

Upaya ini harus dilakukan perusahaan mengingat Garuda Indonesia saat ini tengah kekurangan pilot dan kru pesawat. Sementara di sisi lain, perusahaan terus melakukan ekspansi, melalui penambahan frekuensi atau pembukaan rute-rute baru.

"Jadi kita juga agak terbatas sehingga kita kurang kenceng larinya dan ini perlu penyesuaian sehingga kita bernegosiasi dengan asosiasi boleh ga kita pinjem dulu jam istirahatnya, itu aja sebenernya," dia memaparkan.

Saat ini, Garuda Indonesia mempekerjakan sekitar 1.300 penerbang yang terdiri dari pilot dan kopilot. Jumlah itu dinilai kurang ideal jika dibandingkan jumlah penerbangan Garuda Indonesia sebanyak 630-640 penerbangan tiap harinya.

Untuk itu, Triyanto mengaku akan menambah jumlah penerbang tahun ini. Penambahan 122 penerbang ini sudah diajukan ke manajemen. 

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:

Target Untung di 2018

Kinerja PT Garuda Indonesia (Persero) Tbk diperkirakan masih merugi pada 2017. Meski demikian, kerugian yang dialami perusahaan terus berkurang setiap kuartalnya.

Direktur Keuangan Garuda Indonesia Helmi Imam Satriyono mengatakan, meski laporan keuangan pada kuartal IV belum dirilis. Namun dirinya tak menampik kemungkinan perusahannya masih berapor merah.

"Secara konsolidasi, Garuda masih merugi pada 2017, namun lebih rendah dari 2016. 2018, kita ingin menjadi perusahaan yang untung," kata dia di Jakarta, Selasa (23/1/2018).

Menatap 2018, Hilmi memaparkan pihaknya menargetkan perolehan pendapatan konsolidasi sebesar US$ 4,9 miliar atau tumbuh 19,51 persen dari periode yang sama tahun lalu US$ 4,1 miliar.

Untuk mencapai target itu, perusahaan juga menargetkan peningkatan jumlah penumpang sebanyak 2,5 juta menjadi 26,5 juta orang. Selain itu, bisnis kargo dan carter pesawat juga bakal lebih baik dibanding tahun lalu. Dengan rencana pertumbuhan pendapatan sepanjang tahun ini, Garuda Indonesia menargetkan perolehan laba bersih sebesar US$ 8,7 juta.

Selain itu, Garuda Indonesia menargetkan total aset konsolidasi dapat mencapai US$ 5,3 miliar dengan liabilitas dan ekuitas masing-masing US$ 4,2 miliar dan US$ 1,18 miliar sepanjang 2018.

"Oleh sebab itu, kami harapkan 2020 laba Garuda bisa mencapai US$ 170 juta. Harga saham juga bakal naik dari yang saat ini masih Rp 300-an," tutur Helmi.

Hingga kuartal III 2017, PT Garuda Indonesia Tbk mencatatkan rugi yang dapat diatribusikan kepada pemilik entitas induk naik menjadi US$ 222,03 juta dari periode sama tahun sebelumnya US$ 44 juta.

Sementara itu, pendapatan usaha perseroan naik menjadi US$ 3,11 miliar hingga kuartal III 2017 dari periode sama tahun sebelumnya US$ 2,86 miliar. Total liabilitas dan ekuitas tercatat US$ 3,72 miliar pada 30 September 2017 dari periode 31 Desember 2016 sebesar US$ 3,673 miliar. 

 

 

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya