Serikat Pekerja Minta Garuda Indonesia Benahi Manajemen

Hal pertama yang dikritisi serikat pekerja adalah program efisiensi yang dilakukan perusahaan cenderung sangat sporadis.

oleh Pebrianto Eko Wicaksono diperbarui 23 Jan 2018, 14:26 WIB
Diterbitkan 23 Jan 2018, 14:26 WIB
Garuda Indonesia Airbus A330
Pesawat Airbus A330 yang dipesan Garuda Indonesia tiba di Bandara Soekarno Hatta pada 23 Juli 2009. (AFP / Arif Ariadi)

Liputan6.com, Jakarta Serikat Pekerja Garuda Indonesia Bersatu mengkritisi beberapa kebijakan direksi. Mereka meminta adanya pembenahan manajemen perusahaan secara besar-besaran.

Ketua Umum Serikat Karyawan Garuda (Sekarga) Ahmad Irfan mengatakan, hal pertama yang dikritisi serikat pekerja adalah program efisiensi yang dilakukan perusahaan cenderung sangat sporadis.

Pekerja menilai, langkah pemotongan sangat mengganggu kegiatan operasional. "Kami serikat pekerja Garuda Indonesia bersatu yeng terdiri dari Serikat Karyawan PT Garuda Indonesia dan asosiasi pilot Garuda sangat mendukung pembenahan besar-besaran yang akan dilakukan oleh Menteri BUMN pada Garuda Indonesia," kata Ahmad Irfan, di Jakarta, Selasa (21/1/2018).

Namun, dia mempertanyakan beberapa hal yang dinilai tidak tepat. Seperti pemborosan biaya organisasi. Ini terlihat dari jumlah direksi yang saat ini sebanyak sembilan orang dari sebelumnya hanya 6 orang.

Penambahan Direksi tersebut tidak sejalan dengan komitmen perusahaan dalam melakukan efisiensi. "Penambahan direksi tersebut juga tidak diikuti dengan peningkatan kinerja jika dibandingkan dengan sebelumnya," tutur Ahmad.

‎Presiden Asosiasi Pilot Garuda Bintang Hardiono mengungkapkan, keputusan direksi yang dinilai kurang tepat lainnya adalah penambahan armada yang tidak diikuti dengan kemampuan manajemen, untuk membuat strategi penjualan produk penumpang dan kargo.

Strategi bisnis ini membuat biaya operasional meningkat lebih tinggi ketimbang pendapatan. "Peningkatan pendapatan hanya sebesar 8,6 persen, sementara peningkatan biaya sebesar 12,6 persen," dia menuturkan.

‎Akibat beberapa kebijakan direksi, membuat penurunan kinerja operasional Garuda Indonesia, yang berdampak pada penundaan dan pembatalan penerbangan.

"Paling signifikan terjadi pada bulan Desember pada masa puncak liburan dan kondisi ini sangat merusak citra baik perusahaan," dia menandaskan.

Ada 83 Rute Penerbangan Baru Sepanjang 2017

Selama tahun 2017 lalu, Direktorat Jenderal Perhubungan Udara Kementerian Perhubungan membuka 83 rute penerbangan baru sipil komersial.

Diharapkan dengan pembukaan rute baru tersebut akan semakin membuka akses transportasi di penjuru pelosok tanah air dan mampu menggerakkan dan mengembangkan perekonomian daerah serta perekonomian nasional secara lebih merata.

Dirjen Perhubungan Udara, Agus Santoso menjelaskan, tujuan utama pembukaan rute-rute baru domestik tersebut untuk membuka keterisolasian daerah dan memperlancar transportasi antar daerah sehingga pembangunan lebih merata.

“Rute-rute domestik yang dibuka itu tidak hanya penerbangan antarkota besar. Namun juga dari kota besar ke kota kecil sehingga terbangun konektifitas yang baik dan melancarkan transportasi dari kota besar hingga ke kota-kota kecil di pelosok Nusantara. Dengan demikian, kota-kota kecil tersebut juga akan maju sama dengan kota besar,” ujar dia, Selasa (16/1/2018).

Dari 83 rute baru tersebut, tercatat 58 rute baru penerbangan domestik yaitu 48 rute yang dibuka pada periode summer, 25 Maret 2017 – 27 Oktober 2017. Kemudian 10 rute dibuka pada periode winter, 29 Oktober 2017 – 24 Maret 2018.

Selain itu juga, dibuka 25 rute baru penerbangan internasional yaitu 11 rute dibuka pada periode summer dan 14 rute dibuka pada periode winter.

Maskapai-maskapai yang menerbangi rute-rute baru domestik tersebut adalah Garuda Indonesia, Sriwijaya Air, NAM Air, Lion Air, Batik Air, Wings Air, Transnusa, Susi Air, Travel Ekspress, Citilink dan Trigana.

Sedangkan maskapai yang menerbangi rute-rute baru penerbangan internasional tersebut adalah Garuda Indonesia, Batik Air, Lion Air, Travel Ekspress, Sriwijaya Air, Indonesia AirAsia dan Indonesia AirAsia Extra.

 

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya